Ideologi
para pendidik progresif dalam matematika kebanyakan adalah bahan ribuan tahun
lalu. Tiga hal yang saling bersangkut paut dengan tradisi dalam matematika ini
dapat ditetapkan.
1.
Ketentuan
dari sebuah lingkungan terstruktur yang
tepat dan pengalaman dalam mempelajari matematika;
2.
Pengembangan
penyelidikan sendiri dan aktif dalam matematika, oleh anak;
3.
Sebuah
kepedulian terhadap
perasaan anak, motivasi dan sikap serta perlindungan dari aspek negatif.
Sejak
pergantian abad pendidik progresif telah mencoba menyediakan lingkungan
terstruktur yang tepat dan pengalaman bagi anak-anak. Kecerdasan telah
disangkut-pautkan dalam pengembangan peralatan terstruktur matematika untuk
beberapa topik
seperti angka dan aljabar. Montessori mengembangkan sebuah jarak bahan untuk
mempelajari matematika seperti gambaran ‘tasbih emas’ tentang sistem angka
desimal (Williams, 1971). Stern, Cuisenaire, dan Gattegno mengembangkan
bahan-bahan lebih jauh dan pendekatan, mencakup perwujudan ‘batang angka’
tersusun. Dienes (1960) mengembangkan jarak bahan-bahan tersusun yang berbeda
dan permainan untuk mempelajari matematika, mencakup perwujudan angka, logika,
deret, dan aljabar. Sifat kekolotan modern dalam pendidikan matematika utama
adalah bahwa
anak-anak belajar lebih baik selama pengalaman dari batuan jarak pembelajaran manipulatif
(Williams, 1971).
Pada
tahun 1953 Perhimpunan Bantuan Mengajar Matematika dibuat dengan perhatian pada
pertolongan dan bahan-bahan dalam pembelajaran matematika (Cooper, 1985). Hal
ini menjadi Perhimpunan Pengajar Matematika, sebuah perwakilan organisasi
tentang pergerakan kemajuan dalam pendidikan matematika.
Pada
tahun 1956 Perhimpunan Matematika membawa sebuah laporan pada pembelajaran
matematika dalam sekolah utama mewujudkan banyak aturan pendidikan progresif, mencakup sebuah bab pada
penggunaan ‘bahan mengajar’ matematika.2 Laporan tersebut bermula:
Tidak seorangpun
yang mengajar anak-anak hari ini dapat menghindari tantangan dari kata
‘Aktivitas dan Pengalaman’. Pendidik moderen bergabung dalam sebuah
kepercayaan bahwa… anak-anak… harus melakukannya jika mereka juga sependapat.
(Perhimpunan
Matematika, 1956, halaman 1, penambahan penegasan)
Laporan
tersebut dengan tegas menganut tujuan pendidik progresif.
Ahli matematika
dan… guru berhubungan dalam pekerjaan sekolah utama memperhatikan perkembangan
matematika anak hanya sebagai sebuah segi dari pertumbuhan menyeluruh mereka…
karena hal ini merupakan keseluruhan pertumbuhan anak yang mereka (dan kita)
pertimbangkan dalam semua hal penting… hal ini berdasarkan bahwa matematika…
harus dilihat sebagai sesuatu yang utuh dan bagian yang layak dalam pendidikan
anak.
Pada
tahun 1960-an tradisi progresif dalam matematika tersebar dan sebuah pernyataan
berpengaruh oleh salah satunya membawa pendukung Edith Biggs (1965), terjual
sebanyak 165.000 kopi dalam tiga tahun. Selama periode ini kekolotan progresif
berkembang, menaikkan penegasan dalam penemuan, penyelesaian masalah dan sikap
anak terhadap matematika. Sebuah pernyataan berpengaruh dari filosofi ini
datang dari proyek mengajar matematika Nuffield (1965). Hal ini menekankan
aktivitas pada muatan dan judul (‘saya melakukan dan saya mengerti’),
mempersembahkan sebuah bab untuk penemuan pembelajaran, dan menyatakan
pentingnya sikap dalam matematika.
Faktor terpenting
telah ditinggalkan hingga sekarang –apakah anak menikmati dan mengganti
pekerjaannya? Hal ini membuktikan bahwa sikap pada matematika kebanyakan
terbentuk dalam sekolah utama dan paling mungkin dalam beberapa tahun pertama.
Dalam hal untuk mencegah pengulangan beberapa sikap [negatif]… kepedulian harus diambil untuk
mencegah kemungkinan pendirian segera mereka.
(Proyek mengajar
matematika Nuffield, 1965, halaman 5)
Perhimpunan
Pengajar Matematika (1966) mengindikasi pentingnya hal ini menganggap aktivitas
matematika dan penyelesaian masalah anak berasal dari sebuah laporan yang
ditampilkan pada Kongres Internasional Matematika 1966, Moskow (‘Perkembangan
Aktivitas Matematika pada Anak-Anak dan Letak Masalah dalam Perkembangan ini’).
Pengaruh
utama untuk filosofi progresif pendidikan matematika bersandar pada guru
pelatihan perguruan tinggi. Seksi Matematika dari Perhimpunan Guru Perguruan
Tinggi dan Departemen Pendidikan (1966) mengumumkan pernyataan berpengaruh
terhadap pendidikan guru matematika. Hal ini menekankan pentingnya aktivitas
kreatif
matematika di antara siswa dan anak-anak serta memperkenalkan istilah
‘penyelidikan matematika’ untuk menjelaskan pengajuan masalah terbuka-tertutup
dan penjelasan dalam matematika, sebaik menyediakan penyeleksian ‘titik awal’.3
Pada
akhir 1960-an Perhimpunan Matematika menerbitkan laporan lebih lanjut pada
matematika utama, yang dimulai dengan menguasakan Ideologi progresif laporan
sebelumnya.
Anak-anak,
berkembang pada dasar mereka masing-masing, belajar melalui tanggapan aktif mereka terhadap pengalaman yang
datang kepada mereka; melalui permainan membangun, percobaan, dan diskusi.
Anak-anak menjadi sadar akan hubungan dan perkembangan struktur mental
merupakan dalam bentuk matematika dan merupakan fakta satu-satunya dasar suara
dalam teknik matematika… tujuan mengajar matematika dalam sekolah utama adalah
‘peletakan dasar berpikir secara matematika’ terhadap… objek dan
aktivitas.
(Perhimpunan Matematika, 1970, halaman 3)
Laporan
Corkcroft mendukung tradisi progresif dalam pendidikan matematika dengan
penekanannya pada pemecahan masalah, praktek dan bekerja menyelidik, diskusi
dan pada sikap pelajar terhadap matematika. Hal ini telah didukung lebih jauh
oleh Inspektorat Seri Baginda (1985), dan Kriteria Nasional Matematika untuk
Sertifikat Umum Pendidikan Lanjutan (Departemen Pendidikan dan Pengetahuan,
1985) mengikuti hal ini dengan sebuah penekanan pada pemecahan masalah dan
berkerja menyelidik dan proyek, sebagai bagian dari penaksiran nasional 16
tahun lamanya matematika. Akhirnya, laporan sementara Kelompok Bekerja
Matematika dari Kurikulum Nasional (Departemen Pendidikan dan Pengetahuan,
1987) mengumumkan pernyataan paradigma terhadap pertama perspektif progresif,
sikap pelajar terhadap matematika, kedua proses matematisasi anak-anak, dan
terakhir, pentingnya muatan matematika.
Pendukung
dari tradisi progresif dalam pendidikan matematika mencakup pendidik
matematika, penyaran, dan pendidik guru, sebaik guru progresif. Tradisi
tersebut telah tumbuh pesat pada abad ini, mencakup pendidikan sekolah utama
dan lanjutan di Inggris. Sebagian hal ini dapat menghubungkan pendidik
progresif yang membentuk sebuah perserikatan dengan teknologi pragmatis
progresif, pada dasar bahwa praktek, penyelesai masalah keyakinan melayani
kebutuhan pekerja (Hodkinson, 1989). Seperti sebuah persekutuan dapat diduga
oleh Cockcroft (1982), di mana tujuan kemajuan dan kemanfaatan pendidikan
matematika didukung.
Secara keseluruhan,
perspektif ini dilambangkan dalam pendidikan matematika Inggris dengan
Perhimpunan Pengajar Matematika. Bagaimanapun juga, pengenalan ini tidak
dibersihkan, selama masih ada sayap radikal untuk perhimpunan ini, dan beberapa
anggota pemimpin memiliki simpati pendidik umum.4 Lebih lanjut,
Perhimpunan Matematika secara tajam menunjukkan simpati pendidik umum.5
Ideologi progresif di seluruh
dunia
Ideologi
pendidik progresif dalam pendidikan matematika diwakilkan seluruh dunia, dalam
beberapa tempat seperti Benua Eropa, Amerika Utara, dan Australia. Sehingga di
Amerika Serikat, Dewan Nasional Pengajar Matematika mengumumkan sebuah ‘agenda
untuk aksi’ yang menyatakan sebagai rekomendasi pertamanya:
Penyelesaian
masalah mungkin fokus pada sekolah matematika di tahun 1980-an… Pokok perkembangan aktivitas
penyelesaian masalah adalah sebuah pemikiran terbuka, sebuah sikap
keingintahuan dan penjelasan… guru matematika harus membuat lingkungan kelas di
mana pemecahan masalah dapat diselesaikan… [hal ini] utamanya merupakan sebuah
aktivitas membangun. (Dewan Nasional
Pengajar Matematika, 1980, halaman 2-4)
Baru-baru
ini, Dewan Nasional Pengajar Matematika (1989) telah mengumumkan pernyataan
tentang niat ‘standar dalam matematika sekolah’ mewujudkan banyak Ideologi
pendidik progresif, sebagaimana komentar salah satu pengarangnya:
Semangat
penyelidikan dan penjelajahan harus memahami instruksi… guru harus menyediakan
sebuah lingkungan kepedulian… siswa harus aktif dalam proses pembelajaran,
penyelidikan dan penjelajahan baik secara individu maupun kelompok… guru harus
menjadi penyedia pembelajaran, tidak hanya pemberi pengetahuan. (Cooney, 1988, halaman 355)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar