Satuan nilai moral
Nilai
moral kedudukan ini merupakan nilai penghubung:
Etis tanggung jawab
bersandar pada konsep keadilan, pengenalan perbedaan dalam kebutuhan… [hal ini]
bersandar pada sebuah pengertian yang memberikan pencerahan untuk keharuan dan
kepedulian.
(Gilligan, 1982,
halaman 164-165)
Nilai-nilai
ini terkait dengan hubungan manusia dan hubungan antara manusia, dengan empati,
kepedulian dan dimensi situasi manusia. Mereka meniru sifat peran ‘feminin’
(secara sosial tersusun sebagai hal ini): untuk menghubungkan, memelihara,
menyenangkan, dan melindungi.
Perspektif
yang terhubung sejajar dengan tradisi romantis pada kesenian dan pendidikan,
menilai ekspresi, jenis, perbedaan, pengalaman dan cabang kebudayaan (Jenkins,
1975). Ekspresi menggambarkan sebuah individualistis utama dan nilai
pemusatan-seseorang; demikian pengalaman sebagai sumber ‘pengetahuan pribadi’.
Nilai
terhubung dapat diidentifikasi dengan komponen pemimpin beberapa pasangan lain,
termasuk pemusatan-anak lawan pemusatan-remaja, kandungan lawan struktur, maju
lawan tradisional, intuisif lawan rasional, dan Dionisian lawan Apollonian.
Bagian itu sesuai dengan ekspresi penasihat penghubung, kreativitas, perasaan,
subjektivitas, dan pertumbuhan dinamis pada wilayah peraturan, struktur,
logika, objktivitas, dan bentuk statis. Ada beberapa konotasi dari nilai
terhubung, jika tidak diperlukan secara logika oleh mereka.
Epistemologi
Secara
epistemologi, kedudukan ini adalah rasional, namun juga termasuk unsur teori
pengalaman (Blenkin dan Kelly, 1981). Hal ini memandang pengetahuan sebagai
bawaan, dibuat kembali oleh perorangan sebagai bagian dari proses perkembangan
dan pembentangan mereka. Muatan otak dalam benih atau bentuk pengetahuan yang
berkembang dalam proses pemasakan dan di dalam tanggapan terhadap pengetahuan.
Epistemologi ini memiliki akarnya pada pemikiran Plato, Descartes, Kant, dan
tradisi rasional. Sekarang
ini, hal ini dapat dibedakan dalam penelitian Piaget dan Chomsky, yang melihat
logika-matematika dan pengetahuan linguistic, secara berturut-turut, sebagai
bawaan.
Ada
juga penganut aliran empirisme yang sependapat dengan epistemologi, sebagaimana
dalam teori pengalaman Inggris, Dewey dan tradisi maju dalam pendidikan
(Dearden, 1968; Blenkin dan Kelly, 1981). Pengalaman adalah sebuah pendorong
utama untuk membentangkan pengetahuan bawaan anak. Pengetahuan anak berkembang
selama interaksi dengan dunia.
Baik teori
pengalaman maupun rasionalisme menerima keberadaan kebenaran objektif.
Bagaimanapun juga, ideologi ini mempercayai bahwa meskipun pengetahuan kita
dapat disempurnakan, melangkah maju dengan mantap menuju kebenaran objektif mutlak, hal ini belum
menerimanya sama sekali (seperti di Propper, 1979).
Filsafat matematika
Filsafat matematika adalah absolut,
melihat kebenaran matematika sebagai kemutlakan dan dapat dipercaya. Tapi hal
ini adalah kemutlakan progresif, karena nilai yang besar melekat pada peran
individu yang akan datang untuk mengetahui kebenaran ini. Manusia dipandang
maju, dan semakin dekat pada kebenaran matematika sempurna. Atas dasar nilai
terhubung, matematika dirasakan dalam hal humanistik dan pribadi, dan
matematika sebagai bahasa, kekreatifannya dari sisi manusia, dan pengetahuan
subjektif dinilai dan ditekankan. Tapi ini digabungkan dengan absolutisme. Dengan demikian
pandangan matematika adalah absolut progresif, absolutisme diwarnai oleh,
nilai-nilai kemanusiaan terhubung.
Teori anak
Teori anak
menganggap anak-anak seperti memiliki hak penuh sebagai individu, dan
membutuhkan asuhan, perlindungan, dan memperkaya pengalaman untuk
memperbolehkan mereka berkembang dengan potensi maksimal mereka. Anak terlihat
seperti ‘orang yang tak bersalah’ dan ‘bunga yang tumbuh’ (Ramsden, 1986).
Orang yang tak bersalah terlahir baik, seorang individu yang membutuhkan
sesuatu dan hak merupakan yang tertinggi, yang belajar dan tumbuh dalam
pengalaman fisik dan dunia sosial. Nilai terhubung merupakan sumber etos
pelindung, dan untuk mengembangkan kreativitas dan pengalaman pribadi. Sebagai
sebuah bunga yang sedang tumbuh, seorang anak terlahir dengan semua yang ia
butuhkan untuk jiwa penuh dan pertumbuhan fisik, serta diberi lingkungan asuh
yang tepat dan pengalaman akan berkembang dengan sendirinya untuk potensi
maksimalnya. Rasionalisme meletakkan benih pertumbuhan ini dalam diri anak.
Ketika mengarah pada pengalaman yang tepat, hal ini mengizinkan kesanggupan
penuh dan realisasi manusia, dalam istilah perkembangan menyeluruh dan pengetahuan.
Teori masyarakat
Fokus Ideologi
terletak pada individu bukan pada acuan sosial lainnya, kecuali sebagai sebuah
konteks untuk pengembangan individu. Secara ideal, masyarakat dipandang sebagai
suatu lingkungan yang mendukung dan memelihara, tapi pada kenyataan penyakit
sosial membutuhkan tanggapan kepedulian pada individu. Karena individualisme
ini, fitur structural masyarakat yang diremehkan. Teori masyarakat tidak
menganjurkan berbagai macam pertanyaan tentang struktur sosial yang
mempertahankan ketidaksamaan dan menolak kesempatan. Nilai
terhubung kearah komitmen terhadap perbaikan kondisi dan penderitaan individu
dalam masyarakat. Sehingga teori masyarakat bersifat maju dan bebas,
terkait dengan perbaikan kondisi, tapi tanpa berbagai pertanyaan tentang keadaan tetap masyarakat.
Tujuan pendidikan
Menurut
perspektif ini, tujuan manusia adalah perkembangan-diri dan pemenuhan pribadi
dari setiap individu dalam ‘menjadi seorang manusia’ (Rogers, 1961). Tujuan
pendidikan adalah untuk memajukan realisasi-diri individu dengan mendorong
pertumbuhan mereka dalam kreativitas, ekspresi-diri dan pengalaman yang
meliputi banyak hal, memungkinkan mereka untuk meraih kesuksesan. Hal ini
bersifat maju, bertujuan pemusatan-anak, menurunkan dari nilai terhubung dan
epistemologi. Tujuan ini murni, karena mereka memperhatikan pendidikan anak
untuk kepentingan pribadinya, sebagai suatu nilai intrinsik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar