Seringkali
diklaim bahwa belajar matematika sifatnya hirarkis, berarti bahwa ada item
pengetahuan dan keterampilan yang memerlukan prasyarat untuk belajar item
pengetahuan matematika. Pandangan semacam ini diwujudkan dalam teori Piaget
tentang perkembangan intelektual. Piaget menyatakan rangkaian empat tahap
(sensori motor, pre-operasional, operasional konkrit, operasi formal) yang
membentuk hirarki perkembangan. Pelajar harus menguasai operasi pada satu tahap
sebelum dia siap berpikir dan menjalankan level selanjutnya. Namun aspek
hirarki yang kaku dari teori Piaget telah dikritisi (Brown dan Desforges,
1979). Sehingga piaget menciptakan istilah ‘decalage’ untuk menggambarkan
kompetensi hirarki yang melampaui (transgressing)
Psikolog lain yang menyatakan bahwa
belajar sifatnya hirarkis adalah Gagne. Dia mengemukakan bahwa topik hanya bisa
dipelajari ketika hirarki prasyaratnya telah dipelajari.
Topik pada (item
pengetahuan) pada level tertentu dalam hirarki harus didukung oleh satu atau
lebih topik pada level selanjutnya yang lebih rendah….setiap orang tidak akan
mampu belajar topik tertentu jika dia gagal mencapai topik bawahnya yang
mendukung.
(Gagne, 1977, hal
166-7)
Gagne menyatakan
bahwa dalam pengujian empirik, tidak ada dari topiknya, hirarki muncul lebih
dari 3 persen dari hal yang berlawanan.
Sehingga dua psikolog representatif
yang berpengaruh dari tradisi perkembangan dan behaviorist telah membuat
penelitian spesial tentang matematika. Dalam pendidikan matematika, ada
penelitian empirik yang mempunyai pokok isi untuk menemukan hirarki belajar
dalam matematika. Proyek Inggris yang berpengaruh, Concept in Secondary
Mathematics and Science, mengajukan sejumlah pemahaman hirarki dalam beberapa
area pemikiran matematika (Hart, 1981). Penelitian ini menawarkan delapan level
hirarkis dalam tiap topik yang diteliti.
Teori dan karya empirik merupakan
pilihan kecil dari penelitian yang berkaitan dengan identifikasi hirarki dalam
belajar matematika. Penelitian semacam ini, bisa dipasangkan dengan pandangan
sifat matematika dari para absolutist-foundationist, telah mengarahkan pada
kepercayaan yang luas bahwa belajar matematika mengikuti urutan hirarki.
Sebagai contoh, pandangan ini disebutkan dalam laporan Cockroft.
Matematika merupakan subjek yang sulit untuk
diajarkan dan dipelajari. Salah satu alasan mengapa demikian adalah
matematika merupakan subjek hirarkis…kemampuan untuk memulai karya baru sangat
sering tergantung pada pemahaman yang memadai dari satu atau lebih karya, yang
sudah ada sebelumnya.
(Cockroft, 1982, hal 67, penekanan asli)
Pandangan
hirarkis dari belajar matematika memiliki ekspresi yang paling baik dalam
kurikulum nasional dalam matematika, seperti yang sudah kita lihat (Departemen
Pendidikan dan ilmu pengetahuan, 1989). Ini merupakan spesifikasi hirarkis yang
pasti dari kurikulum matematika pada level sepuluh, menetapkan dasar yang
diperlukan untuk studi matematika dari semua anak (dalam English dan Welsh
state school) dari usia 5 hingga 16 tahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar