Ada asumsi lebih
jauh terkait dengan sifat dan struktur pengetahuan matematis yang layak
mendapat pemeriksaan karena impor pendidikannya. Ini merupakan asumsi bahwa
matematika dapat dianalisa dalam komponen pengetahuan diskret, jumlah (atau
sekumpulan lebih) yang tidak terstruktur dari menunjukkan disiplin. Asumsi ini
menunjukkan bahwa dalil matematika sifatnya tidak tergantung makna dan
signifikansi.
Dengan membedakan masalah formal,
informal dan tulisan sosial matematika merupakan bukti bahwa klaim ini paling
baik dibuat untuk matematika formal. Untuk dua domain yang mengisyaratkan
konteks makna, akan dikemukakan berikut ini. Karena struktur merupakan salah
satu karakteristik pengetahuan matematika, klaim ini bisa juga berada dalam
asumsi yang tidak dibenarkan dimana ada struktur yang unik pada matematika. Hal
ini mungkin diperlukan sehingga ketika molekul pengetahuan diskret digabungkan
kembali, akan muncul hasil yang tetap dan sebelumnya ditetapkan secara
keseluruhan (badan pengetahuan matematika). Kita telah mengatur asumsi kedua di
atas. Namun, perkiraan bahwa dalil matematika tidak tergantung pada makna dan
signifikansi juga tidak berhasil. Pertama, tanda matematis formal mendapatkan
signifikansinya dari teori aksiomatik atau sistem formal dimana mereka terjadi.
Tanpa konteks ini mereka akan kehilangan beberapa signifikansinya, dan struktur
ditentukan oleh teori akan gagal.
Kedua, ekspresi matematika formal
secara eksplisit mendapat makna semantiknya dari interpretasi atau kelas dari
interpretasi yang dimaksud terkait dengan teori dan bahasa formal. Semantik ini
merupakan bagian standard dari logika formal Sejak Tarski (1936). Gagasan ini
telah diperluas pada perlakuan teori ilmiah formal oleh Sneed (1971), yang
menambahkan kelas interpretasi yang dimaksud pada struktur teori formala.
Sehingga pemisahan tanda matematika dalam bagian diskret atau yang terisolasi
menolak sebagian besar dari signifikansinya dan semua makna semantiknya. Tanda
ini akhirnya memiliki klaim kecil yang dianggap sebagai komponen molekular dari
pengetahuan matematika.
Bahkan
lebih dari yang di atas, ekspresi dari tulisan matematika informal memiliki
makna implisit yang dikaitkan dengan keseluruhan latar belakang teori dan
konteks. Bagi aturan dan makna yang mengatur tanda ini tidak memiliki ketentuan
formal yang jelas, namun tergantung lebih pada aturan penggunaan implisit
(Wittgenstein, 1953). Model semantik dari bahasa formal dan informal
menggambarkan konteks utterance (Barwise dan Perry, 1982). Baik ditunjukkan
dalam bahasa formal maupun informal, tanda matematika tidak bisa dianggap
sebagai makna yang berdiri bebas, dan tidak tergantung. Sehingga matematika
tidak bisa ditunjukkan sebagai serangkaian molekular dalil, dalam hal ini tidak
menunjukkan hubungan struktural antara dalil, dan kehilangan makna konteks
dependen mereka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar