Teori pengetahuan matematika
sekolah
Penekanan ideologi
ini, menurut Marsh, adalah pada ‘Pengalaman, bukanlah kurikulum… Anak, bukanlah
kurikulum’ (Alexander, 1984, halaman 16). Matematika adalah sebuah kendaraan
perkembangan menyeluruh anak, sehingga penekanan rencana pembelajaran berada
pada matematika sebagai sebuah bahasa, dan berada pada kekreatifan dan sisi manusiawi pengalaman
matematika. Proses penyelesaian masalah dan penyelidikan, seperti
penyamarataan, perkiraan, peringkasan, pelambangan, penyusunan, dan pembenaran,
membentuk secara lebih menyolok dari pada spesifikasi muatan matematika.
Matematika hanya sebuah bagian dari keseluruhan kurikulum, sehingga anak
memastikan penggunaan ‘matematika dalam kurikulum’ juga bernilai sebagai bagian
dari matematika sekolah.
Tujuan pendidikan matematika
Tujuan
matematika dari pendidik progresif adalah untuk menyumbang perkembangan
meyeluruh dari pertumbuhan manusia, untuk mengembangkan kreativitas anak dan
realisasi diri dalam pengalaman belajar matematika. Hal ini mencakup dua hal.
Pertama, perkembangan anak sebagai penyelidik diri sendiri dan orang yang tahu
matematika. Kedua, mengembangkan kepercayaan diri anak, sikap positif dan
mengagumi diri sendiri dengan penghargaan terhadap matematika, dan melindungi
anak dari pengalaman negatif yang mungkin merusak sikap ini.
Teori kemampuan matematis
Teori kemampuan
matematis pendidik progresif adalah individualisme. Pusat asumsi hal ini adalah
adanya pembawaan, perbedaan penurunan kemampuan matematika cenderung ke arah perkembangan dasar individu yang
berbeda atau perluasan. Hal ini, pada gilirannya, cenderung ke arah perbedaan
level ‘kesiapan’ untuk perkembangan matematika yang lebih jauh. Bagaimanapun
juga, setiap kemampuan matematis individu membutuhkan sebuah rangkaian
pengalaman yang tepat untuk benar-benar terealisasi, dalam kata lain pertumbuhan
anak mungkin melemah. Dua kekuatan yang bertentangan adalah kerja, menurunkan
dari rasionalis dan epistemologi empiris. Ada pendorong kemampuan menurun dan
bawaan tingkat pemikiran, sebaik pengaruh kuat pengalaman dan lingkungan.
Teori pembelajaran matematika
Teori yang paling
ditekuni oleh pendidik progresif adalah teori pembelajaran matematika. Hal ini
melibatkan tanggapan aktif siswa terhadap lingkungan, penyelidikan diri oleh
anak, mencari hubungan dan membuat artefak pengetahuan. Pembelajaran meliputi
penyelidikan, penemuan, permainan, diskusi, dan kerja sama. Lingkungan di mana
pembelajaran yang ada harus kaya dan menantang, tapi harus aman, mengembangkan
kepercayaan diri, sikap positif dan perasaan baik. Sehingga pembelajaran
matematika adalah hal pertama dan pengembangan aktif, dengan anak belajar
melalui permainan, aktivitas, penyelidikan, proyek, diskusi, penjelajahan, dan
penemuan. Bentuk keduanya adalah ekspresi-diri, dengan metode diri anak
terhadap solusi dan merekam dukungan. Gagasan dan proyek matematis anak dengan
jelas bernilai.
Teori mengajar matematika
Mengajar
matematika, menurut perspektif ini, mengandung dorongan, permudahan, dan
susunan lingkungan berstruktur secara hati-hati dan situasi penjelajahan.
Wajarnya, hal ini akan melibatkan manfaat guru atau sekolah membangun kurikulum
matematika, menawaran ‘sirkus’ perbedaan aktivitas matematika di sekitar kelas,
dan menggunakan penggabungan banyak proyek tindakan disiplin. Peranan guru
terlihat untuk mengatur lingkungan pembelajaran dan sumber pembelajaran,
fasilitator pembelajaran, dengan bimbingan tak-mengganggu dan melindungi dari
konflik, ancaman, dan sumber perasaan buruk.
Teori sumber pendidikan
matematika
Teori sumber
pendidikan matematika memainkan sebuah bagian pusat, karena pembelajaran
dimengerti untuk melibatkan aktivitas. Sehingga ruang kelas harus lingkungan
yang kaya, peralatan structural dan peralatan lain disediakan untuk memudahkan
pembentukan konsep dan gambaran luar untuk gagasan matematis. Sumber
penciptaan, pernyataan dan pembuatan diperlukan, sebagaimana lingkungan
melewati batas kelas, menghubungkan matematika dan seluruh pengalaman anak.
Lebih jauhnya, jalan anak menuju sumber diperlukan untuk penjelasan diri.
Teori asesmen pembelajaran matematika
Teori
asesmen yaitu
bahwa dasar tidak-resmi atau dasar kriteria asesmen guru terhadap penghargaan
positif, dengan menghindari kegagalan dan penjulukan kreasi
anak sebagai ‘kesalahan’. Taksiran luar tidak dinilai karena dikhawatirkan bahwa hal ini akan
merusak perkembagan anak. Perbaikan kesalahan pada pekerjaan anak dihindari,
atau dirumuskan kembali dalam
beberapa cara (permainan tapi bukan penyilangan, atau ‘lihat aku’, untuk
menghindari pembuatan kesalahan). Anak-anak dilindungi dari konflik dan
kesalahan.
Hal ini merupakan
sumber pertentangan. Pandangan kemutlakan mengartikan bahwa tugas matematika
dimengerti memiliki jawaban yang benar atau salah, tapi perlindungan ideologi
mengartikan bahwa ‘kesalahan’ anak tidak dapat diperbaiki atau diindikasi
sebagai kesalahan, untuk rasa takut atau tersakiti dan kerusakan emosi. Malah,
ungkapan pelembut untuk kesalahan atau kegagalan dibutuhkan (seperti ‘lihat
aku’), yang menjadi definisi secara sosial mengartikan bahwa sesuatu itu
‘salah’.
Teori keberagaman sosial dalam pendidikan matematika
Nilai terhubung membutuhkan keragaman budaya dan ras untuk membawa matematika ke dalam lingkungan budaya
setiap anak. Rencana pembelajaran-lain hampir didukung oleh kedudukan ini juga
memudahkan berbagai budaya beracuan dalam matematika. Sehingga kedudukan ini
mengakui adanya perbedaan asal budaya anak-anak dan mencoba memanfaatkan
aspek-aspek segi budaya ini dalam pengajaran matematika. Nilai besar dibawa
untuk menemui kebutuhan sehari-hari tiap anak, dan untuk memberi mereka dukungan
emosional dan bantuan, untuk membangun penghargaan-diri mereka, serta mencegah
konflik yang akan terjadi pada mereka. Sebagai konsekuensinya, wilayah konflik
lain dihindari atau diperkecil untuk melindungi perasaan anak. Secara
keseluruhan, teori perbedaan sosial adalah keindividuan, bekerja keras untuk
menampung budaya dan perbedaan linguistik serta menemui bermacam-macam
kebutuhan seseorang, seperti yang dirasakan. Bagaimanapun juga, kenyataan berat
tentang masalah sosial atau rasisme dihindari, dari sebuah keinginan untuk
melindungi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar