Pages

Ideologi Pendidikan terhadap Pendidik Matematika Progresif

Senin, 19 Desember 2016


Teori pengetahuan matematika sekolah
Penekanan ideologi ini, menurut Marsh, adalah pada ‘Pengalaman, bukanlah kurikulum… Anak, bukanlah kurikulum’ (Alexander, 1984, halaman 16). Matematika adalah sebuah kendaraan perkembangan menyeluruh anak, sehingga penekanan rencana pembelajaran berada pada matematika sebagai sebuah bahasa, dan berada pada kekreatifan dan sisi manusiawi pengalaman matematika. Proses penyelesaian masalah dan penyelidikan, seperti penyamarataan, perkiraan, peringkasan, pelambangan, penyusunan, dan pembenaran, membentuk secara lebih menyolok dari pada spesifikasi muatan matematika. Matematika hanya sebuah bagian dari keseluruhan kurikulum, sehingga anak memastikan penggunaan ‘matematika dalam kurikulum’ juga bernilai sebagai bagian dari matematika sekolah.
Tujuan pendidikan matematika
Tujuan matematika dari pendidik progresif adalah untuk menyumbang perkembangan meyeluruh dari pertumbuhan manusia, untuk mengembangkan kreativitas anak dan realisasi diri dalam pengalaman belajar matematika. Hal ini mencakup dua hal. Pertama, perkembangan anak sebagai penyelidik diri sendiri dan orang yang tahu matematika. Kedua, mengembangkan kepercayaan diri anak, sikap positif dan mengagumi diri sendiri dengan penghargaan terhadap matematika, dan melindungi anak dari pengalaman negatif yang mungkin merusak sikap ini.

Teori kemampuan matematis
Teori kemampuan matematis pendidik progresif adalah individualisme. Pusat asumsi hal ini adalah adanya pembawaan, perbedaan penurunan kemampuan matematika cenderung  ke arah perkembangan dasar individu yang berbeda atau perluasan. Hal ini, pada gilirannya, cenderung ke arah perbedaan level ‘kesiapan’ untuk perkembangan matematika yang lebih jauh. Bagaimanapun juga, setiap kemampuan matematis individu membutuhkan sebuah rangkaian pengalaman yang tepat untuk benar-benar terealisasi, dalam kata lain pertumbuhan anak mungkin melemah. Dua kekuatan yang bertentangan adalah kerja, menurunkan dari rasionalis dan epistemologi empiris. Ada pendorong kemampuan menurun dan bawaan tingkat pemikiran, sebaik pengaruh kuat pengalaman dan lingkungan.
Teori pembelajaran matematika
Teori yang paling ditekuni oleh pendidik progresif adalah teori pembelajaran matematika. Hal ini melibatkan tanggapan aktif siswa terhadap lingkungan, penyelidikan diri oleh anak, mencari hubungan dan membuat artefak pengetahuan. Pembelajaran meliputi penyelidikan, penemuan, permainan, diskusi, dan kerja sama. Lingkungan di mana pembelajaran yang ada harus kaya dan menantang, tapi harus aman, mengembangkan kepercayaan diri, sikap positif dan perasaan baik. Sehingga pembelajaran matematika adalah hal pertama dan pengembangan aktif, dengan anak belajar melalui permainan, aktivitas, penyelidikan, proyek, diskusi, penjelajahan, dan penemuan. Bentuk keduanya adalah ekspresi-diri, dengan metode diri anak terhadap solusi dan merekam dukungan. Gagasan dan proyek matematis anak dengan jelas bernilai.
Teori mengajar matematika
Mengajar matematika, menurut perspektif ini, mengandung dorongan, permudahan, dan susunan lingkungan berstruktur secara hati-hati dan situasi penjelajahan. Wajarnya, hal ini akan melibatkan manfaat guru atau sekolah membangun kurikulum matematika, menawaran ‘sirkus’ perbedaan aktivitas matematika di sekitar kelas, dan menggunakan penggabungan banyak proyek tindakan disiplin. Peranan guru terlihat untuk mengatur lingkungan pembelajaran dan sumber pembelajaran, fasilitator pembelajaran, dengan bimbingan tak-mengganggu dan melindungi dari konflik, ancaman, dan sumber perasaan buruk.
Teori sumber pendidikan matematika
Teori sumber pendidikan matematika memainkan sebuah bagian pusat, karena pembelajaran dimengerti untuk melibatkan aktivitas. Sehingga ruang kelas harus lingkungan yang kaya, peralatan structural dan peralatan lain disediakan untuk memudahkan pembentukan konsep dan gambaran luar untuk gagasan matematis. Sumber penciptaan, pernyataan dan pembuatan diperlukan, sebagaimana lingkungan melewati batas kelas, menghubungkan matematika dan seluruh pengalaman anak. Lebih jauhnya, jalan anak menuju sumber diperlukan untuk penjelasan diri.
Teori asesmen pembelajaran matematika
Teori asesmen yaitu bahwa dasar tidak-resmi atau dasar kriteria asesmen guru terhadap penghargaan positif, dengan menghindari kegagalan dan penjulukan kreasi anak sebagai ‘kesalahan’. Taksiran luar tidak dinilai karena dikhawatirkan bahwa hal ini akan merusak perkembagan anak. Perbaikan kesalahan pada pekerjaan anak dihindari, atau dirumuskan kembali dalam beberapa cara (permainan tapi bukan penyilangan, atau ‘lihat aku’, untuk menghindari pembuatan kesalahan). Anak-anak dilindungi dari konflik dan kesalahan.
Hal ini merupakan sumber pertentangan. Pandangan kemutlakan mengartikan bahwa tugas matematika dimengerti memiliki jawaban yang benar atau salah, tapi perlindungan ideologi mengartikan bahwa ‘kesalahan’ anak tidak dapat diperbaiki atau diindikasi sebagai kesalahan, untuk rasa takut atau tersakiti dan kerusakan emosi. Malah, ungkapan pelembut untuk kesalahan atau kegagalan dibutuhkan (seperti ‘lihat aku’), yang menjadi definisi secara sosial mengartikan bahwa sesuatu itu ‘salah’.
Teori keberagaman sosial dalam pendidikan matematika
Nilai terhubung membutuhkan keragaman budaya dan ras untuk membawa matematika ke dalam lingkungan budaya setiap anak. Rencana pembelajaran-lain hampir didukung oleh kedudukan ini juga memudahkan berbagai budaya beracuan dalam matematika. Sehingga kedudukan ini mengakui adanya perbedaan asal budaya anak-anak dan mencoba memanfaatkan aspek-aspek segi budaya ini dalam pengajaran matematika. Nilai besar dibawa untuk menemui kebutuhan sehari-hari tiap anak, dan untuk memberi mereka dukungan emosional dan bantuan, untuk membangun penghargaan-diri mereka, serta mencegah konflik yang akan terjadi pada mereka. Sebagai konsekuensinya, wilayah konflik lain dihindari atau diperkecil untuk melindungi perasaan anak. Secara keseluruhan, teori perbedaan sosial adalah keindividuan, bekerja keras untuk menampung budaya dan perbedaan linguistik serta menemui bermacam-macam kebutuhan seseorang, seperti yang dirasakan. Bagaimanapun juga, kenyataan berat tentang masalah sosial atau rasisme dihindari, dari sebuah keinginan untuk melindungi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS