Kekuatan
yang meligkupi perspektif dan tujuan ini adalah bahwa hal ini menyertai alam,
ketertarikan, dan kebutuhan pelajar (sebagaimana yang mereka rasakan). Tujuanya
adalah untuk mengangkat
derajat pelajar
dalam istilah mengagumi diri dan sebagai sebuah alat epistemologi yang pasti dalam matematika. Hal
ini merupakan kekuatan yang sangat baik. Tujuan pendidikan harus diutamakan
bermanfaat dan mengangkat
derajat pelajar, dan
berbagai tujuan yang ingin diberikan untuk budaya manusia atau masyarakat yang
diperoleh dari tujuan utama ini.
Di samping itu,
tujuan-tujuan ini menilai kekreatifitasan
dalam matematika, tanpa memperhatikan keperluan. Hal ini penting namun
mengabaikan aspek pendidikan matematika (Isaacson, 1989, 1990).
Teori pendidikan matematika
sekolah
Ada sebuah
pertentangan dalam pandangan ini, timbul dari tengangan antara sebuah pandangan
kemutlakan matematika dan teori pemusatan-anak dalam matematika sekolah dan
pendidikan yang diterima di sekolah. Ketika pemusatan-anak ditentang oleh
pemusatan-matematika, hasilnya adalah sebuah fokus terhadap pengalaman anak
sebagai penentangan hubungan dengan matematika. Hal ini mungkin pada
perngorbanan matematika, jatuh untuk mengembangkan konsep dan struktur
matematika pada ukuran yang cukup untuk memeberikan anak-anak kepercayaan dalam
penggunaan mereka sebagai ‘alat berpikir’ (Mellin-Olsen, 1987). Lebih
lanjutnya, jika pengalaman belajar tidak dibagi ke dalam wilayah subjek, pelajar
kemungkinan tidak mengembangkan perasaan matematika, dan ciri-ciri tertentu
dari pengetahuan ini dan penyelidikan meode ini.
Teori pengajaran matematika
Teori pengajaran
tidaklah cukup, menekankan peranan guru. Guru memiliki kurang lebih tiga
peranan penting, di mana perspektif pendidik progresif gagal untuk mengenal
secara cukup. Pertama, guru menengahi antara bahan ilmu matematika dan pelajar,
mencakup seleksi dan perwakilan ilmu matematika (Peters, 1969). Hal ini penting dalam membangun lingkungan belajar
dan dalam perencanaan pengalaman belajar. Kedua, guru harus memantau
pembelajaran anak dan intervensi dalam pembuatan perasaan mereka, dengan
komunikasi dua arah dan mengatur perintah pada anak, menantang anak untuk
memikirkan ulang tanggapan mereka, mengatur interaksi. Ketiga, guru menyiapkan
sebuah contoh peranan untuk anak melalui kebiasannya dan interaksi sosial. Pada setiap cara ini guru
merupakan pusat proses pendidikan, dan pengakuan tidak cukup diberikan pada hal
ini.
Perlindungan kita
Kecaman ketiga
adalah bahwa perspektif pendidik progresif bersifat terlalu melindungi,
melindungi anak dari ketidaksesuaian dan masalah diperlukan untuk memberikan
pertumbuhan intelektual. Dengan demikian perlindungan berlebih dapat
mengartikan bahwa ‘kesalahan’ anak tidaklah sepenuhnya tepat, untuk ketakutan
akan tersakiti dan kerusakan emosi. Malah, ungkapan yang lebih lembut untuk
kesalahan atau kegagalan diperlukan (seperti ‘lihat aku’), di mana anak-anak
mengerti dengan sangat baik untuk menunjukkan kesalahan, menambahkan sebuah
lapisan keidakjujuran terhadap arti. Penghindaran kesalahan merupakan hal yang
penting untuk pembelajaran, dan ketidakcocokan dan teori kognitif juga
diperlukan untuk pertumbuhan kognitif dalam mempelajari matematika. Di luar
semua ini, berhadapan dengan masalah pribadi dan dengan masalah pertentangan
merupakan kemampuan hidup yang penting untuk kewarganegaraan dalam masyarakat
modern. Bagaimanapun juga, perspektif ini mencoba untuk mendukung sebuah keselarasan buatan
melalui penghidaran masalah di dalam ruang kelas dan dunia luar. Dengan
melindungi anak dari beberapa pengalaman pandangan pendidik progresif
menghalangi teori, emosi, dan pertumbuhan sosial anak.
Teori masyarakat
Kecaman keempat
memperhatikan ketidakcakapan teori masyarakat. Ideologi adalah sesuatu yang
buta politik secara naïf, menolak acuan sosial, dan ketidaksamaan yang
mengitari pendidikan, dan tentunya focus eksklusif pada seseorang. Kemajuan
sosial, menurut padangan ini, memiliki solusi tertentu yang bergantung pada realisasi-diri
dan mengagumi diri sendiri. Sehingga ada sedikit atau bahkan tidak ada sama
sekali pengenalan penyebab sosial atau politik dari kondisi-kehidupan
seseorang, maupun kenyataan social yang dihadapi anak dalam masa dewasa,
membiarkan persiapan sendiri untuk mereka.
Teori-teori masa anak-anak dan
pembelajaran matematika
Kecaman
kelima adalah bahwa teori tentang masa anak-anak dan dasar pembelajaran anak
merupakan romantisasi-berlebihan, tidak nyata, dan berdasarkan pada asumsi tak
menantang dan teori-teori. Anak-anak bukanlah ‘orang tanpa salah’ maupun ‘bunga
yang tumbuh’. Seperti kiasan-kiasan yang tidak cukup, dan pada faktanya,
pentingnya dimensi sosial dalam psikologi diakui dengan baik (Mead, 1934;
Vygotsky, 1962; Donaldson, 1978), sebagaimana hal ini dalam teori pendidikan
(Meighan, 1986). Bahasa adalah kemahiran sosial, dan dengan bahasa mendatangkan
pikiran dan pandangan terhadap dunia (Sapir, 1949; Vygotsky, 1962). Sehingga
pandangan progresif tentang masa anak-anak ini tidaklah cukup, untuk sifat
dasar anak dan perkembangan tidak dapat dipisahkan dari pengaruh kuat
penyimpangan sosial.
Romantisasi-berlebihan dari ideologi pendidik
progresif memperluas lebih lanjut, mendorong ke arah perbedaan antara
kepandaian berbicara dan praktek dalam pendidikan. Penelitian menunjukkan bahwa
aktivitas prektek dalam pembelajaran matematika jauh lebih biasa dari pada
kekolotan pendidik progtesif yang mengharuskan kita berbuat seperti itu.
Seperti contohnya, lebih dari setengah contoh perwakilan dari 11 tahun lamanya
dicari untuk menggunakan alat angka tidak
pernah atau kurang dari sekali satu istilah pada tahun 1982 (Taksiran
Satuan Tampilan, 1985). Desforges dan Cockburn (1987) menemukan bahwa praktek
matematika utama dalam sekolah yang mereka teliti adalah rutinitas besar dan
mekanis, dan tidak tergantikan dalam merangsang otonomi dan pemikiran yang
lebih tinggi. Pembelajaran matematika untuk kebanyakan anak mencakup bekerja
selama sebuah teks matematika diterbitkan secara komersial atau skema secara
rutin, pada sebuah dasar perorangan (Taksiran Satuan Tampilan, 1985)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar