Asal mula tradisi progresif
Teori
masa anak-anak yang melihat anak-anak sebagai ‘orang yang tak berdosa’ dan
sebuah ‘bunga yang sedang tumbuh’, adalah bagian dari pemikiran tradisi
progresif. Akar dari tradisi ini bersandar pada epistemologi Plato. Plato
menolak pernyataan bahwa semua dilahirkan dengan pengetahuan terpendam, dan
belajar menjadi disadari, atau mengingat kembali, bahwa yang bersandar
terpendam dan terlupakan oleh kita.
Rousseau
menjadikan hal ini sebagai titik awalnya, menolak bahwa anak memiliki potensial
terpendam untuk belajar, dan akan berkembang sesuai dengan rencananya. Namun
sebaliknya, pada tradisi sekolah dasar, pada faktanya akar Judeo-Christian ,
Rosseau menolak bahwa anak-anak bersih dari dosa. Sehingga kalimat pembuka
Emile yaitu:
Tuhan membuat semua
hal menjadi baik; manusia mencampuri urusan tersebut dengan mereka dan mereka
menjadi jahat.
(Rousseau, 1762,
halaman 5)
Rousseau
menentang bahwa dari pernyataan murni ini kita berkembang, mengikuti sebuah
pola dalam, subjek ke pendidikan.
Tumbuhan menjadi
beraneka ragam oleh pengolahan, manusia oleh pendidikan… semua kekurangan kita
saat lahir, semua yang kita perlukan saat kita datang pada kehidupan manusia,
adalah hadiah pendidikan. Pendidikan ini datang pada kita dari alam, manusia,
atau dari benda-benda. Pertumbuhan dalam organ kita dan kemampuan adalah
pendidikan alam, manfaat kita belajar untuk membuat pertumbuhan ini adalah
pendidikan manusia, apa yang kita peroleh dengan pengalaman kita tentang
lingkungan kita adalah pendidikan terhadap sesuatu.
(Rousseau, 1762,
halaman 2)
Perhatian
Rousseau terletak pada potensi pada anak, kebutuhan anak, dan peran aktivitas
yang berguna, bermain, dan pengalaman dalam pendidikan. Karena kemurniannya,
keadaan tak terdidik, pandangan terhadap lingkungan masa kecil adalah ‘manusia
mulia’, menurut ungkapan Dryden. Melalui perhatiannya terhadap alam tak tercela
anak, haknya, pengalaman, dan memperoleh-pengetahuan. Rousseau memberikan visi
pendidikan pemusatan-anak pertama.
Visi
ini bergema pada Pestalozzi dan Froebel, yang menambahkan kiasan ‘bunga yang
tumbuh’ dengan ‘manusia mulia’. Sebagai sebuah bunga yang tumbuh seorang anak
dilahirkan dengan semua hal yang dibutuhkannya untuk mengisi mental dan
pertumbuhan fisik, dan diberi
lingkungan yang tepat, sebuah taman kanak-kanak, akan tumbuh menjadi
kemampuannya. Seperti lingkungan harus mendorong dan mendasarkan pada
spontanitas, kegembiraan, permainan, pelajaran praktek dan percobaan serta
aktivitas kelompok (Ramsden, 1986).
Visi
masa kanak-kanak diwujudkan dalam tulisan dan percobaan Rousseau, Pestalozzi
dan Froebel melengkapi dasar tradisi progresif dalam pendidikan. Mengikuti
Rousseau, Pestalozzi menekankan kebutuhan untuk pengalaman nyata dalam
pendidikan (Blenkin dan Kelly, 1981). Froebel menentang bahwa ‘permainan adalah
pekerjaan anak-anak’, berdasarkan perluasan potensi anak (Dearden, 1968).
Sumbangan abad ke-20 terhadap tradisi ini adalah ahli filsafat dan pendidik,
John Dewey. Dewey (1916) menentang metode percobaan dalam pendidikan: anak-anak
seharusnya menerima pengetahuan pada tes, dan seharusnya belajar dari
aktivitas, penyelesaian masalah dan ‘metode kerja’. Ia menekankan pentingnya
mengetahui dan proses mengetahui dalam pendidikan, sebagaimana yang ia katakan
dalam filsafat.
Filsafat
Dewey dalam matematika, bahwa pergerakan seorang yang pragmatis, adalah lebih
dari penganut aliran empirisme, atau bahkan kemungkinan kekeliruan, dari
kemutlakan. Bagaimanapun juga, ia tak pernah bekerja di luar konsekuensi
pandangannya terhadap filosofi matematika. Sehingga ia memiliki sedikit
pengaruh kuat pada filosofi kemutlakan matematika dari tradisi progresif,
kecuali kemungkinan untuk merubahnya ke arah kemutlakan progresif. Bagaimanapun
juga pandangan pragmatisnya tentang pengetahuan dalam pikiran seseorang, sesuai
dengan beberapa pola mutlak (rasionalisme).
Penyumbang
lain untuk tradisi progresif dalam pendidikan pada beberapa tahun terakhir abad
ini adalah Maria Montessori. Pandangan masa kanak-kanak ‘manusia mulia’ dan
‘bunga yang tumbuh’ dengan tegas terkandung dalam pemikirannya.
Teori-teorinya
menganggap… sifat dasar anak sebagai hal yang sangat utama dan pendidikan
sebagai sebuah proses perluasan apa yang telah diberikan pada anak saat lahir…
kebebasan sebagai bahan utama perluasan ini, dan [kebutuhan untuk]… merasakan
pengalaman dalam proses perkembangan ini.
(Lillard, 1973,
halaman 10)
Teori-teori psikologis
Hal
lain dalam tradisi progresif adalah teori psikologis perkembangan, dari Herbart
dan Freud hingga Piaget dan Bruner. Teori Piaget tentang perkembangan
intelektual berfokus pada dua aspek utama terhadap pandangan progresif tentang
masa anak-anak. Pertama, pemusatan pengalaman anak-anak, khususnya interaksi
fisik dengan dunia. Kedua, perluasan logika pemikiran anak-anak, yang berbeda
dari orang dewasa. Hal-hal ini dijalin, seperti anak menunjukkan pengalamannya
dan aksi secara mental, dan mengubah gambaran ini dengan cara serentetan
perkembangan operasi logika.
Piaget
adalah seorang pembangun, bertujuan bahwa anak-anak membangun pikiran mereka
tentang dunia. Bagaimanapun juga, ia juga percaya bahwa pada ciptaan dan
perluasan pengetahuan mereka, anak-anak dibatasi dengan struktur berkonsep
kemutlakan, khususnya pada matematika dan logika. Sehingga Piaget menerima
sebuah pandangan kemutlakan pengetahuan, khususnya matematika. Dia juga
menyediakan pendukung psikologi untuk pandangan maju pemikiran anak sebagai
perluasan selama perkembangan dan pentingnya pengalaman. Gagasan perkembangan
anak mancapai tahap ‘persiapan’ juga memperoleh dukungan teoritis dari
penelitian Piaget.
Tradisi progresif dalam
pendidikan
Satu
hal dari pemikiran ini adalah tradisi sekolah pribadi yang ‘progresif’,
mencakup A. S. Neill (1968) dan Dartington Hall (Meighan, 1985). Bagaimanapun
juga pengaruh utama dari tradisi progresif telah menjadi pendidikan utama di
Inggris. Hal ini telah banyak membantu dua laporan pendidikan, laporan Hadow
(1931) dan laporan Plowden (1967), (Blenkin dan Kelly, 1981). Laporan Hadow
memberikan sebuah artikulasi tradisi progresif yang sangat berpengaruh dalam
pendidikan dan penolakan tradisi sekolah dasar oleh pelatih industry.
Pembangunan pandangan tentang masa anak-anak dibahas di atas, laporan
menegaskan proses pendidikan sebagai sesuatu yang aktif mencari tahu dari pada
penerimaan pengetahuan secara pasif.
Kurikulum diajarkan
dalam istilah aktivitas dan pengalaman dari pada pengetahuan yang diperoleh dan
fakta yang disediakan. Tujuannya seharusnya untuk mengembangkan kekuatan
fundamental manusia dalam seorang anak. (Laporan Hadow, 1931,
halaman 93)
Pendidik
progresif ‘gaya sastra romantis bebas’ (Richards, 1984) menerima ekspresi
terpenuhnya, sebaik dukungan terkuatnya, dalam laporan Plowden (1967).
Pada jantung proses
pendidikan yang ada pada anak. Tidak ada kemajuan pada kebijakan, tidak ada
penerimaan perlengkapan yang telah mereka inginkan untuk akibatnya kecuali
kalau mereka dalam keselarasan dengan alam anak, kecuali kalau mereka pada
dasarnya dapat diterimanya.
(Laporan Plowden,
1967, dikutip dari Polllard, 1987, halaman 1)
Sebuah sekolah
tidak hanya mengajar berbelanja, tapi juga [membawa] nilai dan sikap. Sekolah
merupakan sebuah komunitas di mana anak-anak pertama kali hidup dan masa
terpenting sebagai anak-anak dan bukan sebagai masa depan dewasa… sekolah
dengan bebas menentukan lingkungan yang tepat untuk anak-anak, mengizinkan
mereka untuk menjadi diri mereka sendiri dan berkembang pada caranya dan pada
langkah yang tepat untuk mereka… Hal ini memberikan tekanan tertentu pada
penemuan diri, pada pengalaman pertama dan pada kesempatan untuk kerja kreatif.
Hal ini menuntut bahwa pengetahuan tidak jatuh dalam sesuatu yang terpisah dan
bahwa pekerjaan dan bermain tidak berlawanan tapi saling melengkapi.
(Laporan Plowden,
1967, dikutip dari Richards, 1984, halaman 71)
Sehingga
seperti ringkasan kritik Peters, laporan Plowden menunjukkan pandangan
bebas/maju bahwa anak memiliki sebuah ‘dasar’ yang ‘berkembang’ dalam
lingkungan yang tepat, dan pengarahan diri (mencakup pengaturan diri dan
penemuan) merupakan bagian penting dari perkembangan ini, bahwa pengetahuan
tidak dipindah
dan kurikulum harus dihubungkan untuk menanggapi hal ini, dan guru harus
menjadi seorang pemandu, seorang penunjuk lingkungan dari pada seorang pelatih,
memungkinkan anak untuk memulai dari penemuan ke penemuan ketika mereka ‘siap’
dengan sedikit campur tangan.
Pencegahan
Faktor
yang lebih jauh dalam tradisi progresif adalah pandangan bahwa anak perlu
dilindungi dari kerasnya kehidupan sehari-hari. Hal ini diungkapkan oleh
Rousseau:
Tawaran, ibu yang
gelisah, aku menyeru padamu. Kau bisa memindahkan pohon ini dari jalan raya dan
melindunginya dari kekuatan yang menghancurkan… Dari permulaan menghasilkan
dinding sekitar jiwa kecilmu.
(Rousseau, 1762, halaman 5-6)
Faktor
ini juga mendukung praktek utama kemajuan modern. Kanter mengamati bahwa
ketentuan dari pengalaman yang tepat dalam taman anak-anak, mencakup bermain
dan percobaan pribadi ‘menyangkut urusan dengan anak-anak dan pembentukan
lingkungan dalam beberapa cara untuk membatasi tujuh pengalaman yang terlihat
sebagai “penghasilan kegelisahan”’ (Dale dkk., 1976, halaman 168).
Faktor-faktor pembatas yang melindungi anak-anak antara lain ketidaktentuan,
keanehan, misteri, kekerasan, pertanggungjawaban, ketidaksenangan dan masalah
sebaya. Membatasi faktor-faktor ini untuk melindungi anak mengarah pada
rutinitas permainan, keputusasaan tanggung jawab pribadi dan penghindaran dari
ketidakcocokan dan permasalahan.
Pernyataan eksplisit ideologi progresif
Sebuah
pernyataan eksplisit
tentang ideologi progresif pendidikan, pelafalan sebagai sekumpulan ‘asumsi
tentang anak-anak, pembelajaran, dan pengetahuan’ menekankan keingintahuan,
pembelajaran aktif, percontohan perkembangan dan pengetahuan subjektif, adalah
karena Barth.
Anak-anak
memiliki bawaan keingintahuan dan menunjukkan kebiasaan penjelajahan yang
sangat bebas dari campur tangan dewasa.
Penjelajahan
aktif pada lingkungan kaya, menawarkan susunan bebas bahan manipulatif,
menyediakan pembelajaran anak.
Bermain
tidak dibedakan dari bekerja sebagai cara utama pembelajaran pada awal masa
anak-anak.
Anak-anak
akan suka belajar jika mereka diberi saran pertimbangan dalam pemilihan materi
yang mereka ingin kerjakan dan pemilihan pertanyaan yang mereka kejar dengan
menghormati bahan-bahan itu.
Anak-anak
melewati tahap-tahap serupa dalam perkembangan intelektual, pada setiap
caranya, dan pada kecepatannya dalam waktunya.
Pertumbuhan
intelektual dan perkembangan memiliki bagian dalam rangkaian pengalaman konkrit
yang diikuti oleh pemisahan.
Pengetahuan
adalah sebuah fungsi dari sebuah intergrasi pribadi dalam pengalaman dan oleh
karena itu tidak jatuh ke dalam kategori pemisahan atau kedisiplinan. Tidak ada
batas terkecil pengetahuan yang harus diketahui setiap orang. (Alexander, 1984, halaman 10)
Hampir
sama, Richards mengeluarkan sebuah pernyataan eksplisit tentang Ideologi pendidikan
progresif:
Penganut
gaya sastra romantis bebas
–yang memulai dari, dan secara konstan mengacu kembali pada diri anak ketika
mengembangkan prinsip pendidikan. Dibanding dengan ideologi lain, hal ini
menganjurkan persekutuan yang lebih sederajat tentang guru dan pemikiran,
dengan guru belajar ‘sepanjang’ anak-anak, dan menawarkan anak-anak sebuah
derajat tinggi pilihan secara relativ dalam jenis, muatan, dan durasi
aktivitas.
(Richards, 1984,
halaman 62)
Kecaman untuk tradisi sekolah
dasar
Pendidik
maju dengan kuat, dan sering menolak dengan emosi tradisi sekolah dasar oleh
pelatih industry. Hal ini bercirikan sebagai: ‘waktu mengajar, membaca tabel, pembacaan
mekanika sepanjang kelas… jam pelajaran yang kaku dan keheningan bel… buku yang
sama untuk setiap anak. (Kirby, 1981, halaman 11). Baik cara hidup yang keras
maupun penyangkalan individualisme, dan tidak adanya kehormatan untuk setiap
anak menjadi seseorang pada dasarnya, adalah aharm untuk pendidikan progresif.
Alexander menganalisa tulisannya dan menemukan bahwa:
Ketenangan dan
buaian bahasa, menyarankan sebuah daya tarik dengan sebuah konsep romantis dari
golongan dasar, kemunduran ketidaktbersalahan masa anak-anak dan keamanan,
bunga rampai api dan kehangatan melawan dinginnya malam. ‘Pada jantung proses
pendidikan dalam anak’: Plowden menggunakan kata ‘jantung’ (dari pada ‘pusat’
yang lebih netral), dan ‘dalam’, dengan sosok anak terbaring, tertidur, dan
terayun secara halus, terlihat kebetulan… [sebaliknya] kosa kata berguna untuk
menggambarkan ketidak-pemusatan-anak adalah…kasar, pembatalan senada,
penindasan, bahkan kekerasan: ‘memelihara’, ‘sensitif’ lawan ‘sederhana’,
‘lamban’, ‘pembatasan’, ‘penentuan’.
(Alexander, 1984, halaman 18)
Ideologi
para pendidik progresif telah memiliki dukungan yang teresebar pada abad ini,
khususnya pada pendidikan sekolah utama. Akibatnya kebanyakan pambahasan
sekolah utama menggunakan referensi dari Ideologi ini, meskipun sejumlah
istilah berbeda digunakan termasuk ‘penganut gaya sastra romantis bebas’
(Richards, 1984), ‘tradisi progresif’ (Golby, 1982), ‘tradisi perkembangan’
(Pollard, 1987) dan ‘sekolah terbuka’ (Silberman, 1973). Bagaimanapun juga, dukungan
tersebar Ideologi para pendidik prigresif tidak hanya sebuah indikasi sederhana
terhadap pengaruhnya. Hal ini lebih menggambarkan sebuah kepentingan pengesahan
selama periode kecaman. Sejak penerbitan laporan Plowden (1967) ideologi para
pendidik progresif telah diserang oleh pelatih industry, pragmatis teknologi,
dan para ahli lama (Cox dan Dyson, 1969, 1969a, 1970; Cox dan Boyson, 1975);
Callaghan, 1976; Peters, 1969).
Gila River Hotels & Casinos - Mapyro
BalasHapusHotels 경기도 출장샵 near Gila River Hotels & Casinos · 경상북도 출장안마 888 Casino Resort · 충청남도 출장안마 Harrah's · Sahara Resort · Caesars · Caesars Palace · Harrah's Lake 공주 출장안마 Tahoe · Tropicana 동두천 출장안마