Fakta bahwa
disiplin matematika tidak memiliki struktur hirarkis unik dan tidak bisa
ditunjukkan sebagai kumpulan dalil molekular, memiliki implikasi pendidikan.
Namun, pertama hubungan antara disiplin matematika dan isi kurikulum matematika
harus dipertimbangkan.
Hubungan antara matematika dan kurikulum
Dua hubungan
alternatif adalah mungkin. (1) Kurikulum
matematika harus merupakan seleksi representatif dari disiplin matematika, sekalipun
dipilih dan dibentuk sehingga dapat diperoleh untuk pelajar. (2) Kurikulum
matematika merupakan entitas independen, yang tidak perlu menunjukkan disiplin
matematika. Sebagian besar teoretikus kurikulum menolak kemungkinan kedua,
mengemukakan kasus umum dimana kurikulum
harus menunjukkan pengetahuan dan proses penelitian disiplin subjek (Stenhoyse,
1975; Schwab, 1975; Hirst dan Peters, 1970). Bentuk kasus 2 adalah sindiran
yang efektif dari Benjamin (1971).
Studi perubahan kurikulum telah
mendokumentasikan bagaimana perkembangan dalam matematika memberikan
peningkatan melalui tekanan yang digunakan oleh ahli matematika pada perubahan
dalam kurikulum matematika sekolah yang menunjukkan peningkatan ini (Cooper,
1985); Howson, 1981). Lebih umum, dalam pendidikan matematika diterima bahwa
isi kurikulum harus menunjukkan sifat disiplin matematika. Penerimaan ini
sifatnya implisit atau eksplisit, seperti dalam Thwaites (1979), Confrey (1981)
dan Robitaille dan Dirks:
konstruksi kurikulum
matematika….(dihasilkan dari) sejumlah faktor yang berjalan dalam badan
matematika untuk memilih dan menyusun kembali isi untuk menjadi lebih tepat
bagi kurikulum sekolah.
(Robitaille
dan Dirks, 1982, hal. 3)
Seminar
internasional mengenai pendidikan matematika secara eksplit mempertimbangkan
kemungkinan bahwa ‘matematika nyata’ tidak akan membentuk dasar kurikulum
matematika bagi setiap orang (sebagian besar akan hanya mempelajari ‘matematika
yang berguna’) Namun, hal ini berlawanan dengan tiga pilihan lain yang diperhatikan,
termasuk pandangan yang paling banyak diterima yang berbeda tetapi kurikulum yang representatif diperlukan
(Howson dan Wilson, 1986)
Dari kelima ideologi yang dibedakan
dalam buku ini, semuanya kecuali pelatih industrial menyokong dengan kuat kasus
1. Sebagai konsekuensi dari survey singkat ini, bisa dikatakan bahwa prinsip
bahwa kurikulum matematika harus merupakan seleksi representatif dari disiplin
matematika yang menunjukkan konsensus ahli.
Jika kurikulum matematika digunakan
untuk menunjukkan disiplin matematika, maka seharusnya tidak menunjukkan
matematika yang memiliki struktur hirarkis yang tetap dan unik. Ada struktur
ganda dalam satu teori, dan tidak ada struktur atau hirarki yang bisa dikatakan
paling baik. Sehingga kurikulum matematika harus memungkinkan cara penyusunan
pengetahuan matematika yang berbeda. Selanjutnya, kurikulum matematika
seharusnya tidak menawarkan koleksi dalil terpisah sebagai konstitusi
matematika. Bagi komponen matematika disusun dan dihubungkan, dan harus ditunjukkan
dalam kurikulum matematika.
Implikasi pendidikan ini memungkinkan
kita untuk mengkritik kurikulum nasional dalam matematika pada dasar
epistimologis. Untuk kurikulum matematika ditunjukkan sebagai hirarki unik dari
empat belas topik (target pencapaian) pada level 10 (Departemen pendidikan dan
ilmu pengetahuan, 1989). Selanjutnya, pada tiap level, topik ditampilkan oleh
sejumlah dalil atau proses, dan penguasaan disiplin matematika dipahami untuk
menghasilkan penguasaan komponen berbeda ini. Sehingga kurikulum nasional salah
dalam menggambarkan matematika, berlawanan dengan prinsip kurikulum yang
diterima. Hal ini mewujudkan hirarki dimana ini tidak dibenarkan dalam istilah
sifat matematika, serta menunjukkan pengetahuan matematika sebagai rangkaian fakta
dan keterampilan diskret.
Pembelaan yang mungkin muncul adalah
bahwa kurikulum matematika bisa gagal menunjukkan disiplin matematika guna
memenuhi tujuan psikologis, seperti menunjukkan hirarki psikologis matematika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar