Pages

Konstruksi Pengetahuan Subjektif

Senin, 12 Desember 2016

Bagaimana individu memperoleh pengetahuan dari dunia luar? Manusia memperoleh pengetahuan subyektif berdasarkan interaksi dengan dunia luar, yang melalui data yang masuk atau melalui tindakan langsung. Akan tetapi interaksi tersebut tidak mencukupi, karena pengetahuan yang kita peroleh masih bersifat umum. Oleh karena itu, kita perlu penjelasan tentang pengalaman kita dengan cara megantisipasi dan menyelidiki keteraturannuya.
Masalahnya adalah bagaimana kita dapat menjelaskan (membenarkan) pengetahuan ilmiah secara teoritis berdasarkan pengamatan dan percobaan? Perhatikan bahwa, pikiran individu adalah aktif, menduga dan meramalkan pola-pola aliran pengalaman kemudia membangun teori tentang hakekat dunia. Ketika hasil teorinya tidak memadai diganti dengan dugaan-dugaan baru, diuji kemudian ditetapkan sebagai hasil teori baru, begitu seterusnya (sesuatu yang rekursif). Jadi pengetahuan subjektif kita tentang dunia luar terdiri dari perkiraan, yang digunakan terus-menerus, diuji dan diganti bila disalahkan.
Prinsipnya, teori-teori ini didasarkan pada dua faktor. Pertama, dari pengalaman langsung kita. Kedua, teori-teori yang telah ada sebelumnya. Ketergantungan pada teori-teori sebelumnya inilah yang menjadikan teori subyektif bersifat rekursif.
Poper (1959) pandangannya hanya untuk ilmu pengetahuan dan asal usul teori ilmiah. Glasersfeld (1983, 1984, 1989) menyatakan pandangan subjektif murni tentang pengetahuan diuraikan sebagai kontrukstivisme radikal. Dunia dapat dipahami sebagai sumber pengalaman kita. Dari sesuatu yang belum diketahui berubah menjadi pembangun struktur kognitif. Piaget mencirikan struktur konseptual ditentukan dari kecukupan pengalaman dan kelayakannya sebagai sarana untuk memecahkan masalah karena masalah tak pernah berakhir sebagai akibat dari pengaturan yang konsisten yang kita sebut pemahaman. (Glasersfeld (1983, h. 50 – 51).
Konstruktivisme adalah teori pengetahuan yang berakar filsafat, psikologi dan sibernetika. Prinsipnya (a) pengetahuan tidak diterima secara pasif tetapi juga secara aktif dibangun oleh pemahaman subjek (b) fungsi pemahaman menyesuaikan pengalaman yang telah ada, bukan penemuan dari realitas ke logis. (Glasersfeld, 1989, halaman 162)
Pandangan berikut menjelaskan bagaimana kita mengkonstruksi pengetahuan subjektif, mengkonstruksi pengetahuan yang cocok dengan porsi yang diberikan dunia, yang terkendala (bertentangan) oleh pemikiran moderen yang berakar ilmu pengetahuan filsafat yang semua ini tetap menjamin kelangsungan dari pengetahuan. Teori ini belum menjelaskan kemungkinan komunikasi dan kesepakatan antara individu-individu. Individu-individu ini mungkin memiliki model subjek yang sama sekali berbeda, bahkan bertentangan, model subjektif dunia.
Perbedaan tersebut tampaknya tak terhindarkan, namun hal ini tidak terjadi. Seperti yang diuraikan, pandangan konstruktivis sosial yang memberikan penjelasan tentang perkembangan pengetahuan dunia manusia, interaksi sosialnya, dan pemerolehan bahasanya. Suatu mekanisme yang meningkatkan kesesuaian pengetahuan subjektif dengan dunia harus memperhatikan kesesuaian dengan dunia sosial, termasuk pola penggunaan bahasa dan perilaku. Glasersfeld, dunia pengalaman kognisi subjek, tidak membedakan antara realitas fisik atau sosial. Dengan demikian generasi dan adaptasi teori pribadi berdasarkan makna data dan interaksi sama-sama berlaku untuk dunia sosial, sebagaima ditunjukkan uraian berikut.
Sejak kelahirannya, individu menerima kesan makna dari dunia eksternal dan dunia sosial demikian juga dia berinteraksi. Teori-teori subyektif untuk menjelaskan, dan kemudian menjadi pemandu, interaksi mereka dengan alam ini terus-menerus diuji melalui interaksi dengan lingkungan. Bagian dari aktivitas mental ini berkaitan dengan orang dan bahasa. Mendengar pembicaraan mengarah pada teori-teori tentang makna kata (dan kalimat) dan penggunaan. Saat teori ini diduga, mereka diuji melalui tindakan dan ucapan-ucapan. Pengetahuan subjektif tentang bahasa ini cenderung lebih prosedural daripada pengetahuan proposisional. Artinya, akan lebih merupakan masalah 'mengetahui bagaimana' daripada mengetahui bahwa' (Ryle, 1949).
Halliday (1978) menjelaskan kompetensi penguasaan bahasa dalam tiga sistem yang saling terkait, yaitu bentuk, makna, dan fungsi (sosial) bahasa. Bentuk dan fungsi bahasa adalah sistem yang dimanifestasikan secara umum, yang terbuka untuk koreksi dan kesepakatan. Sementara sistem makna adalah pribadi.
Orang yang berbeda yang tumbuh dalam bahasa yang sama seperti semak-semak yang dipangkas dan dilatih untuk membentuk gajah secara identik. Detail anatomis ranting dan cabang dari semak ke semak-semak akan memenuhi bentuk gajah dengan cara berbeda, namun secara keseluruhan hasil luarnya sama.  (Quine, 1960, halaman 8)
Apa yang telah diberikan adalah penjelasan tentang bagaimana individu memperoleh (mengkonstruksi) pengetahuan subjektif, termasuk pengetahuan bahasa. Dua fitur kunci dari penjelasan ini adalah sebagai berikut. Pertama, ada konstruksi aktif pengetahuan, biasanya konsep dan hipotesis, berdasarkan pengalaman dan pengetahuan sebelumnya. Kedua, ada peran penting yang dimainkan oleh pengalaman dan interaksi dengan dunia fisik dan sosial, baik dalam tindakan fisik dan mode pembicaraan. Pengalaman ini digunakan sebagai pengetahuan, akan tetapi pengalaman ini tidak sesuai dengan hasil yang dimaksudkan dan dirasakan. Oleh karena itu perlu restrukturisasi pengetahuan, agar sesuai dengan pengalaman. Efek pembentukan pengalaman, menggunakan metafora Quine, tidak boleh diremehkan.
Bauersfeld menjelaskan teori ini sebagai sifat triadic pengetahuan manusia: struktur pengetahuan subjektif, oleh karena itu konstruksi subyektif berfungsi sebagai model yang layak, yang telah dibentuk melalui adaptasi pada perlawanan dari 'dunia' dan melalui negosiasi dalam interaksi sosial '. (Grouws et al, 1988, halaman 39)
            Konsekuensi lebih lanjut mengenai pandangan pertumbuhan pengetahuan subjektif berkaitan dengan sejauh mana makna yang melekat pada informasi simbolik, seperti buku atau bukti matematis. Sesuai pandangan yang diajukan, makna-makna itu dikonstruksi pembaca. (Pandangan ini pada dasarnya, pendekatan dekonstruktif Derrida untuk makna tekstual; Anderson dkk, 1986), Aturan linguistik, konvensi dan norma-norma direkonstruksi oleh pembaca selama pemerolehan bahasa mereka membatasi pembaca pada suatu interpretasi yang mungkin cocok dengan interpretasi pembaca lainnya. Dengan kata lain, tidak ada makna dalam buku-buku dan bukti-bukti. Makna harus diciptakan oleh pembaca, atau lebih tepatnya, dibangun atas dasar makna subjektif yang ada. Makna bahasa dalam masyarakat tergantung pada pribadi pembacanya. Aturan bahasanya dikonstruksi agar sesuai dengan batasan-batasan yang ditetapkan secara umum. Namun, kesepakatan sosial bagaimana sebuah simbolisme harus diterjemahkan untuk membatasi konstruksi makna individu, sehingga memberikan arti bahwa di dalam isi teks itu sendiri terdapat muatan informasi.
            Pengetahuan, kebenaran dan makna tidak dapat dikaitkan dengan sekumpulan tanda atau simbol. Hanya penetapan makna seperangkat tanda, atau sebuah sistem simbol dari sebuah dokumen yang dipublikasikan, bagi seorang individu dapat menghasilkan pengetahuan atau makna. Seperti dalam teori komunikasi, pengkodean adalah penting jika makna dikaitkan dengan satu set kode penyiaran.
Menurut pandangan konstruktivis, pertumbuhan pengetahuan subjektif seorang individu dibentuk oleh interaksi dengan orang lain (dan dunia).
Suatu fungsi f(x) (didefinisikan pada bilangan real) mendekati tak terhingga dapat dikonstruksi lebih halus dalam bahasa analisis matematika yaitu, bahwa untuk setiap bilangan real r terdapat bilangan real s lain sedemikian hingga jika x > s, maka f(x) > r. Perumusan kembali ini tidak lagi mengatakan bahwa fungsi secara harfiah mendekati tak terhingga, tetapi bahwa untuk setiap nilai yang berhingga, ada suatu titik sedemikian hingga semua nilai dari fungsi melebihi titik itu. Perhatikan bahwa pernyataan pertama tetap dipertahankan untuk memperoleh definisi yang lebih tepat.
Secara ringkas, bahwa:
a.    pengetahuan subjektif tidak diterima secara pasif tetapi secara aktif dibangun oleh kesadaran subjek, dan bahwa fungsi kognisi adalah adaptif dan melayani organisasi dunia pengalaman individu (Glasersfeld, 1989 ),
b.    proses ini memperhitungkan pengetahuan subjektif tentang dunia dan bahasa (termasuk matematika),
c.    kendala objektif, baik secara fisik dan sosial, memiliki efek membentuk pengetahuan subyektif, yang memungkinkan untuk sebuah 'kesesuaian' antara aspek-aspek pengetahuan subyektif dan dunia luar, termasuk bentuk-bentuk fisik dan sosial, dan pengetahuan individu-individu lain,
d.    makna hanya dapat diberikan oleh individu, dan tidak intrinsik untuk sebarang sistem simbolis.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS