Sejumlah ideologi
pendidikan matematika dan kerangka intelektual dan etika secara keseluruhan
telah diidentifikasi dan dikaitkan dengan kelompok-kelompok sosial dan tujuan
matematika mereka. Tujuan tersebut, seperti telah dikemukakan sebelumnya, tidak
dapat dipisahkan dari bagaimana cara merealisasikannya. Hal ini menimbulkan
pertanyaan: unsur-unsur mana dalam ideologi pendidikan matematika yang
diperlukan untuk menentukan cara mencapai tujuan? Untuk menjawab ini,
diusulkanlah model struktural ideologi pendidikan matematika.
A.
Sebuah model ideologi
pendidikan matematika
Meighan (1986)
menggambarkan ideologi sebagai set yang terdiri dari keyakinan yang beroperasi
pada berbagai tingkatan dan dalam berbagai konteks dengan beberapa lapisan
makna. Model ideologi pendidikan yang diusulkan di sini mencerminkan tingkat
kompleksitas. Di pusatnya terletak keyakinan epistemologis dan etis yang
fundamental. Berdasar kedua hal ini adalah set kedua tentang keyakinan tujuan
pendidikan matematika dan cara untuk mencapai mereka. Dengan demikian model
yang diusulkan memiliki dua tingkatan: (1) tingkat dasar yang terdiri dari
unsur-unsur yang lebih dalam ideologi, dan (2) tingkat sekunder, terdiri dari
unsur-unsur yang dihasilkan yang berkaitan dengan pendidikan.
Tingkat dasar
mencakup posisi epistemologis dan etis secara keseluruhan, terdiri dari epistemologi,
filsafat matematika dan satu set nilai-nilai moral dan lainnya. Namun,
ini adalah unsur yang sangat abstrak, dan ideologi harus menghubungkannya ke
pengalaman menjadi orang dan hidup dalam masyarakat. Untuk apakah ideologi
perorangan atau kelompok dianggap, realitas menjadi seseorang dan berhubungan
dengan orang lain, dan hidup dalam masyarakat pasti membentuk bagian utama kesadaran,
keyakinan dan pandangan terhadap dunia. Jadi terdapat dua elemen yang
selanjutnya dimasukkan kedalam model ideologi. Ini adalah suatu teori
anak yang merupakan bagian khusus dari teori dari seseorang dalam
kaitannya dengan pendidikan, dan suatu teori masyarakat. Hal ini
berhubungan dengan elemen-elemen ideologi lainnya. Epistemologi memerlukan
teori tentang bagaimana pengetahuan individu berkembang. Artinya, mereka
memerlukan pengetahuan teori subjektif serta teori-teori pengetahuan objektif.
Jadi epistemologi berhubungan dengan teori-teori orang dan anak. Nilai moral
mengilhami dan membentuk teori anak, orang dan teori-teori masyarakat.
Teori-teori tersebut merupakan komponen penting dari ideologi pada umumnya, dan
ideologi pendidikan pada khususnya.
Ideology adalah sebuah sistem atau sekelompok
keyakinan dan nilai-nilai yang dipegang oleh kelompok-kelompok sosial yang
berguna mengikat kelompok-kelompok tersebut dan digunakan oleh mereka untuk
kepentingan mereka sendiri. Perhatikan lebih baik, , ideologi dianggap
mengandung keyakinan dan doktrin tentang manusia dan tempatnya di dunia,
struktur sosial dan politik di mana ia ingin hidup, dan pandangan tentang cara
terbaik untuk mencapai akhir dan tujuannya.
(Reynolds dan Skilbeck, 1976, halaman
76-77).
Dalam filosofi pendidikan dan tujuannya, filsuf pendidikan
klasik mengembangkan teori anak, atau orang dan masyarakat (Plato, 1941; Dewey,
1916). Seperti halnya dengan pendidik modern, dalam menggambarkan ideologi
pendidikan memberikan tempat sentral bagi teori anak (Alexanders 1984; Esland,
1971; Phenix, 1964; Pollard , 1987 Pring, 1984), bagi masyarakat (Apple, 1979;
Raynor 1972) Williams, 1961; Young, 1971a), atau bagi keduanya (Freire 1972)
Giroux 1983; Reynolds dan Skilbeck, 1976). Jadi sangat baik untuk memasukkan
unsur-unsur tersebut dalam ideologi pendidikan.
Komponen terakhir adalah tujuan
pendidikan. Pandangan atas sifat alami anak memiliki efek mendalam pada
tujuan pendidikan dan sifat pendidikan, seperti pendapat Skilbeck (1976).
Sebagian besar penulis yang dikutip memasukkan tujuan pendidikan pada perlakuan
ideologi pendidikannya. Ini mewakili aspek kesengajaan dalam kaitannya dengan
pendidikan, menyatukan elemen yang mendasari epistemologi, sistem nilai, teori
teori anak dan masyarakat. Melalui tujuan pendidikanlah kepentingan kelompok
ideologis disajikan dan dilaksanakan.
Tingkat sekunder model terdiri dari unsur-unsur hasil yang
berkaitan dengan pendidikan matematika. Perbedaan ini jauh dari mutlak, dan
karakteristik yang membedakannya adalah spesialisasi untuk pendidikan
matematika. Dalam ideologi pendidikan sains, misalnya, unsur-unsur sekunder
akan berbeda, unsure tersebut akan dialihkan untuk pendidikan sains.
Apa yang harus menjadi elemen sekunder? Pertama, filsafat
pribadi matematika mungkin tidak sama dengan teori matematika sekolah. Karena
pengetahuan matematika sangat penting bagi seluruh proses pendidikan
matematika, teori pengetahuan matematika
sekolah akan diperlukan, selain diperlukannya filsafat matematika. Kedua,
diperlukannya spesialisasi tujuan pendidikan matematika. Dengan demikian tujuan
pendidikan matematika harus dimasukkan sebagai suatu elemen. Ketiga, cara
mencapai tujuan-tujuan ini harus diwakili, seperti yang telah dibahas
sebelumnya.
Untuk
mencapai tujuan pendidikan matematika, maka matematika perlu diajarkan,
pengajaran yang dimaksud secara luas cukup untuk mencakup bentuk pedagogi liberal. Jadi teori pengajaran
matematika termasuk peran guru, juga diperlukan. Pengajaran matematika telah
berubah sepanjang sejarah seiring dengan perkembangan di bidang sumber daya
untuk mengajar dan belajar matematika Teks, alat bantu menghitung seperti
kalkulator elektronik dan mikro-komputer misalnya, memainkan peran sentral
dalam pendidikan matematika. Dengan demikian adalah tepat untuk memasukkan teori sumber daya untuk pendidikan
matematika sebagai salah satu unsur. Dalam model umumnya tentang
ideologi, Meighan (1986) memasukkan komponen tersebut kedalamnya.
Pengajaran merupakan instrumental bagi
pembelajaran, yang mana hal tersebut merupakan hasil dimaksud dalam pendidikan
matematika. Jadi teori belajar matematika, termasuk peran pelajar, merupakan
pusat ideologi pendidikan matematika. Teori-teori pembelajaran matematika
berasal dari kedua asumsi epistemologis (sifat, akuisisi dan pertumbuhan
pengetahuan) dan pandangan moral mengenai tanggung jawab individu, dan dari
teori-teori masyarakat dan teori anak. Jadi teori belajar matematika dan peran
pelajar termasuk dalam model.
Penilaian pembelajaran matematika
sangatlah penting, terutama yang berkenaan dengan fungsi-fungsi sosialnya. Hal
ini dapat dimasukkan dibawah komponen lainnya, tetapi mengingat
signifikansinya, akan dibedakan di sini. Jadi teori penilaian pembelajaran matematika termasuk di antara elemen
sekunder. Meighan (1986) masukkannya di antara elemen-elemen ideologi
pendidikan, dan Lawton (1984) menggambarkan terori itu sebagai salah satu dari
tiga komponen utama dari kurikulum. Penekanan ini membenarkan penangannya
sebagai sebagai elemen yang terpisah dari model.
Sebagai tambahan bagi elemen diatas,
adalah mungkin untuk membedakan unsur-unsur yang berasal dari teori-teori anak
dan masyarakat. Terkandung dalam teori anak adalah teori kecerdasan dan
kemampuan, dan fluiditas atau
kepastiannya. Terdapat berbagai macam pandangan bervariasi yaitu pada
apakah ciri-ciri anak merupakan warisan dan tetap atau apakah mereka secara
signifikan terpengaruh dan dibentuk oleh lingkungan dan pengalaman mereka.
Sebuah teori kemampuan. dan khususnya kemampuan matematika berasal dari teori
anak, seperti halnya pandangan dari tatanan sosial, menghubungkan perbedaan
individu dan tipologi terhadap kelompok social, dan dari teori-teori sifat
matematika dan aksesibilitas-nya. Konsep kemampuan sangat penting dalam
matematika (Ruthven, 1987), sehingga teori kemampuan matematika termasuk juga
didalam model.
Teori masyarakat termasuk dalam
konsep-konsep keanekaragaman sosial, dan dari hubungan antar segmen yang
berbeda. Digabungkan dengan unsur-unsur lain, seperti pandangan matematika dan
pengetahuan, hal ini akan mengarah pada teori pribadi tentang keragaman sosial
dan kepentingannya serta akomodasi dalam pendidikan matematika. Untuk alasan
ini, teori keanekaragaman sosial Dalam
pendidikan matematika juga disertakan. Teori kemampuan dan
keragaman sosial dalam pendidikan matematika tidak termasuk dalam model ideologi
pendidikan oleh ahli-ahli lainnya. Namun sosiolog pendidikan telah lama
menunjukkan pentingnya masyarakat, hubungan sosial, keragaman sosial, seperti
yang kita lihat di atas, seperti halnya dengan konstruk kemampuan bagi
pendidikan (Beck et al., 1976: Meighan. 1986). Secara khusus, Ruthven (1987)
telah menunjukkan peran ideologis sentral yang dimainkan oleh konsep guru akan
kemampuan matematika. Konsep gender, ras dan kelas juga diakui sebagai faktor
sentral dalam distribusi kesempatan pendidikan dalam matematika (Burton, 1986;,
Ernest 1986 1989;. Ruthven, 1986 1987.). Untuk alasan ini, adalah tepat untuk
memasukkan teori kemampuan matematika dan keanekaragaman sosial dalam
matematika diantara unsur-unsur sekunder model.
Selesailah model yang diajukan untuk
ideologi pendidikan. Elemen-elemen lainnya lebih lanjut dapat dimasukkan,
walaupun model tersebut sudah cukup, jika tidak akan menimbulkan kompleksitas
berlebihan. Pemilihan komponen ini, sampai batas
tertentu, merupakan masalah keputusan, bukan dari masalah kebutuhan.
Perkembangan di masa mendatang atau kegunaan model ideologi pendidikan sangat
mungkin membutuhkan keputusan yang berbeda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar