Hirarki sosial memiliki sejarah yang panjang,
kembali pada Hebrew dan Yunani kuno. Dalam Hebrew Old Testment sebuah hirarki
implisit menempatkan Tuhan ditempat palig atas, diikuti oleh malaikat, lalu
nabi di bumi seperti musa, diikuti oleh kepala suku, manusia lalu anak-anak dan
wanita. Di bawah mereka adalah hantu dan akhirnya Lucifer atau Satan dirinya
sendiri. Hirarki semacam ini secara linear mengurutkan manusia, dan memperluas
urutan tersebut baik ke atas maupun ke bawah batas atau “poin ideal”, analog
bagi geometri proyektif. Nilai sangat dihubungkan dengan hirarki, semakin
tinggi, semakin baik, dengan yang paling ekstrim dikaitkan dengan tuhan dan
setan. Nilai ini memiliki fungsi pembenaran, berfungsi untuk mengesahkan
praktek otoritas dan kekuatan oleh superior dalam nferior pada hirarki. Hak
ketuhanan raja merupakan contoh dari justifikasi kekuatan ini.
Dalam bab 7
pandangan ini dari sumber yang berganti-ganti, pandangan Aristoteles mengenai
alam yang disatukan dalam waktu pertengahan untuk membangkitakan The Great
Chain of being (Lovejoy, 1936). Sumber penting lainnya dari tradisi ini adalah
divisi manusia dalam tiga jenis bertingkat, yang diisitilahkan dengan emas,
perak dan perunggu (Plato, 1941). Hal ini bernilai signifikan karena
hubungannya dengan pendidikan, dimana kurikula yang berbeda dianggap tepat
untuk tiga jenis, diperoleh dari kebutuhan yang berbeda dalam hidup. Ini
merupakan sumber tema yang akan dilihat terus dalam bagian ini. Kita juga akan
memperhatikan bahwa perbedaan Yunani antara kerja tangan dan kerja dengan otak,
membangkitkan assosiasi antara pengetahuan murni dan kelas yang lebih hebat
(dalam pengamatan)
Hasil
modern yang tergabung dalam tradisi ini secara luas diterima sebagai model
masyarakat pyramidal hirarkis, dengan kekuatan yang berpusat pada puncaknya,
disahkan dan diperkuat, jika tidak direproduksi oleh budaya dan nilai yang
terkait. Model masyarakat ini dipandang oleh banyak orang sebagai keadaan
alami, seperti yang dicontohkan oleh manusia dan kelompok binatang di alam
liar. Akar biologis ini ditolak dengan keras oleh analisis ulang feminist dalam
hal sejarah dan antropologi, yang memandang hirarki piramida sebagai kaitan dengan
dominasi pria dalam masyarakat, dan menolak klaim bahwa hal ini bersifat
universal (Fisher, 1979). Pandangan masyarakat hirarkis mungkin dipandang
sebagai bagian dari budaya yang mempertahankan struktur masyarakat yang ada,
dan karenanya kelas menengah ke atas/pria mendominasi. Identifikasi hirarki
pyramidal sebagai struktur alami masyarakat merupakan contoh “contoh pikiran
keliru dari naturalistic”, asumsi yang salah tentang apa masalahnya, seharusnya
seperti apa, harus diwaspadai.
Ketika struktur kekuatan masyarakat secara fisik mengancam,
kekuatan perlu dijaga. Namun yang lebih penting adalah dampak yang dirasakan
dalam nilai dan budaya terkait. Menurut Douglas (1966), kelompok sosial
memiliki batasan “kelompok”, membedakan anggota dari luar, dan batasan
jaringan, membedakan sektor berbeda atau strata dalam kelompok. Dalam ancaman,
menurut Douglas, kelompok menjadi fokus pada kemurnian dalam budayanya, dan
dengan kelompok yang kuat dan batasan jaringan. Dalam pandangan ini, kemurnian
dikaitakan dengn budaya kelas dominan, menjadi intensif seperti ketegasan
definisi batasan, termasuk gradasi internal dalam hirarki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar