Pages

Tujuan Matematika dan Ideologi Para Ahli Lama

Senin, 19 Desember 2016


Tujuan pendidikan matematika
Tujuan kelompok ini untuk pendidikan matematika adalah penerapan para ahli lama pada matematika: sebuah perhatian dengan penyebaran ilmu matematika, budaya, dan nilai. Tujuannya adalah untuk menyebarkan matematika murni, dengan perhatian pada struktur, tingkat konseptual, dan kekakuan subjek. Tujuannya adalah untuk mengajar matematika pada nilai intrinsiknya, sebagai sebuah bagian pusat warisan manusia, budaya, dan penghargaan intelektual. Keperluan ini membawa siswa menyadari dan menilai dimensi keindahan dan estetika matematika murni, di luar campur tangan pada pembelajarannya.  Sebuah tujuan tambahan yang penting adalah pendidikan dari ahli matematika murni di masa depan, yang mengenalkan unsure keelitan.

Teori pengetahuan matematika sekolah
Matematika sekolah dimengerti sebagai, kedisiplinan diri, sebuah kemurnian, struktur hirarkis tubuh penghidupan-diri dari pengetahuan objektif. Atas nama hirarki, matematika semakin murni, kaku, dan abstrak. Siswa didukung untuk mencapai hirarki ini sejauh mungkin, sesuai ‘kemampuan matematika’ mereka. Selama mereka berusaha mencapainya, mereka akan semakin dekat dengan matematika ‘sejati’, subjek diajar dan mempelajarinya pada tingkat perguruan tinggi.
Teori ini dilengkapi dalam berbagai buku matematika dan skema, walaupun bergabung dengan sedikit perspektif murni lainnnya. Sehingga struktur hirarki unik ditemukan dalam berbagai buku dan skema kerja, seperti buku dan skema proyek sekolah matematika pada 1960-an dan 1970-an.
Teori pembelajaran matematika
Teori pembelajaran memperhatikan persepsi dan pengertian dalam arti luas, secara logika terstruktur oleh bagian pengetahuan matematika, dan bentuk pemikiran bergabung dengannya. Pembelajar sukses memasukkan struktur berkonsep murni matematika: sebuah jaringan hirarki dari konsep dan dalil yang dihubungkan oleh penghubung logika, hubungan matematika dan ide pokok, melihat organisasi matematika. Dipelajari dengan baik, ilmu matematika memperkenankan pelajar untuk menyelesaikan masalah dan memecahkan teka-teki matematika. Siswa diharapkan datang dengan metode dan pendekatan yang berbeda, dalam penerapan ilmu ini, sesuai dengan bakat dan kecerdikan mereka.
Teori pengajaran matematika
Peraturan guru, menurut perspektif ini, adalah sebagai pengajar dan penjelas, menghubungkan struktur matematika dengan penuh arti. Guru harus mengilhami melalui sebuah pengantar pembangkit, seharusnya memperkaya ilmu matematika dengan masalah tambahan dan kegiatan tambahan, menyesuaikan pendekatan struktur buku. Sebaiknya, berbagai macam pendekatan, demonstrasi, dan aktivitas dikerjakan untuk memotivasi dan memfasilitasi pembelajaran dan pengertian. Mengajar memerlukan ahli-hubungan siswa yang ramah; ahlinya, penguasa pengetahuan, menyebarkannya pada siswa, seefektif mungkin. Sehingga menurut Hardy:
Pada matematika terdapat sebuah hal utama yang penting, yaitu guru harus membuat percobaan nyata untuk mengajar subjek yang dia ajar sebaik mungkin, dan harus menjelaskan secara terperinci kebenaran kepada siswanya hingga batas kesabaran dan kapasitas mereka.
(Menteri Pendidikan, 1958, halaman iii)
Secara keseluruhan, etosnya yaitu bahwa ‘mengajar matematika’, sebagai lawan dari ‘mengajar anak-anak’; sekolah kedua tradisional lebih dari etos sekolah utama modern.
Teori sumber pendidikan matematika
Ideologi Purist cenderung melarang pandangan sumber-sumber yang tepat untuk sekolah matematika. Buku dan bantuan tradisional untuk pembangunan matematika murni diakui, seperti penggaris dan jangka. Kalkulator elektronik dan computer mungkin digunakan sebagai peralatan dalam matematika, tapi hanya pada siswa tingkat atas yang telah menguasai konsep dasar. Peraga, alat bantu, dan sumber digunakan guru untuk memotivasi atau memfasilitasi pengertian. Bagaiamanapun, sumber penjelasan ‘secara langsung’ bagi siswa merupakan pekerjaan yang berguna, mempelajari matematika ‘nyata’ sangat tepat bagi tingkat dasar belajar matematika dan juga untuk matematika murni.
Teori kemampuan matematika
Menurut pandangan ini, bakat matematika dan kecerdasan pikiran diwariskan, dan kebiasaan yang berhubungan dengan matematika dapat diidentifikasi dengan kecerdasan murni. Ada sebuah penyebaran hirarki kemampuan matematika, dari puncak kecerdasan matematika, menuju ketidakcakapan secara matematis, di dasar. Mengajar hanya membantu siswa menyadari potensi menurun mereka, dan ‘jiwa matematika’ akan bersinar bersamanya. Pembekalan pendidikan diperlukan untuk bakat matematika, agar memungkinkan mereka menyadari secara keseluruhan bakat ini. Kemampuan matematika sejak anak-anak berubah sangat hebat, mereka butuh diajar matematika di sekolah. Hal ini adalah sebuah teori kaum elit tentang kemampuan matematika, dilihat sebagai hiraki dan percontohan, serta menilainya pada puncak tertinggi.
Teori penilaian pendidikan matematika
Menurut teori ini, bentuk penilaian pendidikan matematika melibatkan sebuah jarak metode, namun penilaian sumatif membutuhkan ujian tambahan. Hal ini harus berdasarkan pada sebuah pandangan hirarki terhadap bahan subjek matematika, dan pada sejumlah tingkat, sesuai dengan ‘kemampuan’ matematika. Meskipun sulit, kehebatan bakat matematika akan tetap bersinar, dan langkah apapun untuk membuat ujian lebih mudah atau sedikit memerlukan usaha siswa, harus menunjukkan sebuah pelemahan standar. Kompetisi dalam ujian memberikan sebuah cara untuk mengidentifikasi ahli matematika yang terbaik.
Teori perbedaan sosial dalam pendidikan matematika

Matematika dinpandang sebagai kemurnian dan tidak berhubungan dengan permasalahan sosial, sehingga tidak ada ruang yang diizinkan untuk jalan perbedaan sosial. Matematika bersifat objektif, dan mencoba memperlakukannya sebagai manusia untuk tujuan pendidikan, meskipun bertujuan baik, menyetujui dasar dan kemurniannya (Ernest, 1986, 1988b). Untuk anggota masyarakat yang tidak dapat mengatasinya karena perbedaan kemampuan atau latar belakang, obat yang lebih kecil dibutuhkan, mungkin menawarkan jalan hanya kepada jenjang terbawah dari jenjang hirarki matematika.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS