Uraian yang diberikan di atas dari perkembangan pengetahuan individual
dunia eksternal adalah suatu konstruksi bebas dari subjek individu dengan
batasan dunia fisik dan sosial. Individu secara langsung mengalami
dunianya dan peta dugaan dari dunia ini
dikukuhkan sebagai sesuatu yang layak atau didemonstrasikan tidak memadai
berdasarkan pada respon terhadap aksi mereka. Konsekwensi dari hal ini bahwa
individu membangun personal representasi dari dunia ini, yang unik dan istimewa untuk individu itu, tetapi konsekwensi yang
cocok yang diterima secara sosial. Sehingga kecocokan itu menjadi kendala
eksternal yang mana semua individu mengakomodasi (lebih atau kurang), dan
khususnya kendala variabel negosiasi dari pengertian dan tujuan dalam hubungan
sosial. Dengan demikian, menurut uraian ini, individu membangun pengetahuan
subjektif yang dimiliki dan konsep eksternal dan dunia sosial sebaik
matematika, sehingga sesuai dengan apa yang diharapkan secara sosial.
Pengkonstruksian dunia
sendiri ini menyatakan secara jelas individu yang telah membuatnya sendiri,
baik secara fisik atau sosial. Karena mekanisma yang sama berada disamping
konstruksi matematika sebagai representasi lain. Tidak
begitu mengherankan bahwa hal ini memiliki ukuran eksisensi independen. Untuk objek matematika mempunyai
objektivitas, dalam hal ini mereka diharapkan mengkonstruksi secara sosial.
Pengkonstruksian konsep secara sosial yang lain, telah dikenal mempunyai
pengaruh kuat atas kehidupan kita, seperti ’uang’, ’waktu’ (jam), ’kutub utara’,
’khatulistiwa’, ’Inggris’, ’gender’, ’keadilan’, .’kebenaran’. Setiap hal
disini tidak diragukan lagi adalah konstruksi sosial. Namun setiap konsep disini mempunyai dampak
sebanyak keberadaan konsep secara
konkrit.
Perhatikan ’uang’. Hal ini merepresentasikan
suatu pengorganisasian konsep dalam kehidupan dunia modern dari dunia besar, dan lebih panjang dari
keberadan yang tidak dapat disangkal. Namun jelas adalah simbolbuatan manusia
yang konvensional, nilai secara kuantitas, dibandingkan dengan aspek dunia
fisik. Mari kita menjelajahi uang lebih lanjut.. Apa yang menjadikan uang itu
eksis? Terdapat dua pandangan secara ontologi yang menjadi dasar status.
Pertama, penerimaan sosial, yang memberikan objektivitas.
Kedua,direpresentasikan dengan tanda, yang berarti tidak mempunyai representasi
yang nyata.
Sekarang perhatikan
analogi dengan objek matematika. Disini terdapat objektivitas, menjadi
penerimaan secara sosial.. Sebagai tambahan, konsep primitif matematika,
seperti ’persegi’ dan ’7’, mempunyai contoh konkrit persepsi kita dari dunia fisik. Jadi sejauh
ini analoginya adalah baik. Konsep matematika yang didefinisikan tidak sesuai
sebaik analogi analogi, untuk itu mereka hanya bisa mempunya konsep aplikasi tidak langsung,
melalui perubahan definisi. Supaya terdapat analogi antara objek-objek abstrak
matematika dan aplikasi yang diabstrakkan dari uang (angggaran, peramalan
keuangan, dll), ini meregangkan begitu jauh. Apa yang dapat dikatakan adalah
analogi antara uang dan objek matematika mendorong beberapa hal yang masuk akal
untuk kepercayaan subjektif pada objek matematika terdahulu. Keduanya ialah
konstruksi sosial objektif dan memiliki manifestasi konkrit.
Tentunya matematika mempunyai suatu
corak lanjut yang mendukung kepercayaan ini. Ini adalah hubungan yang perlu
diantara objek-objek, hubungan logis yang kuat dalam sistem deduktif. Kebutuhan
logis melekat pada objek matematika melalui hubungan pendifinisian, hubungan
inter dan hubungan dengan pengetahuan matematika. Ini mendorong perlunya objek
matematika (suatu corak yang kekurangan
uang).
Secara singkat, argumennya ini. Jika
suatu pengetahuan individu dari dunia nyata, termasukkomponen-komponen
konvensionalnya adalah konstruksi mental yang dikontruksi dengan penerimaan
sosial, maka kepercayaan dalam konstruksi seperti ini jelas sama kuatnya
seperti kepercayaan dalam sesuatu. Pengetahuan
subjektif matematika dan penenalan dengan konsepnya dan objekobjek juga suatu konstruksi mental.
Tetapi seperti penentuan konstruksi sosial, mempunyai pemunculan objek
eksternal dari penerimaan sosialnya. Objek matematika juga mempunyai (i) contoh
konkrit secara langsung (untuk konsep matmatika primitif) atau tidak langsung
(untuk konsep matematika yang didefinisikan); dan (ii). Keperluan logika, melalui
dasar-dasar logika dan struktur deduktif. Sifat-sifat ini memberikan kenaikan kepercayaan dalam
keberadaan objektif matematika dan objek-objeknya.
Secara tradisional,
pengetahuan dapat dibagi menjadi real dan ideal. Bersama-sama menerima realita
dunia eksternal dan pengetahuan seintifik kita (realitas seintifik). Juga
bersama-sama eksistensi ideal dari (objektif) matematika dan objek matematika
(idealisma atau platonisma) Dikotomi ini
menempatkan objek fisik dan sains dalam suatu realitas (Dunia Propper 1)
dan objek matematika dalam lainnya (pengetahuan subjektif dalam dunia 2,
pengetahuan objektif dalam dunia 3).
Dengan demikian ini menempatkan objek matematika dan fisik dalam
kategori yang berbeda.. Dugaan konstruksivisme sosial adalah kita tidak mempunyai
akses langsung untuk dunia 1., dan objek fisik dan sains hanya diterima bila
direpresentasikan dengan mengkonstruksi dunia 3 (konsep objektif) atau dalam
dunia 2 (konsep subjektif). Selanjutnya pengetahuan fisik dan objek matematika
mempunyai status yang sama, bertentangan dengan sifat tradisional. Perbedaan
hanya berada dalam kendala fisik alami secara realitas memaksa konsep sains,
melalui arti verifikasi diadopsikan untuk dua tipe pengetahuan (sains dan
matematika). Dengan cara yang sama, termasuk dasar sosial dalam objektif kedua
tipe pengetahuan, uraian untuk kepercayaan subjektif keberadaan objek
matematika (hampir) serupa untuk objek fisika secara teoritis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar