Pages

Kepercayaan subjektif dalam Eksistensi Objek Matematika

Jumat, 09 Desember 2016

Uraian yang diberikan di atas dari perkembangan pengetahuan individual dunia eksternal adalah suatu konstruksi bebas dari subjek individu dengan batasan dunia fisik dan sosial. Individu secara langsung mengalami dunianya  dan peta dugaan dari dunia ini dikukuhkan sebagai sesuatu yang layak atau didemonstrasikan tidak memadai berdasarkan pada respon terhadap aksi mereka. Konsekwensi dari hal ini bahwa individu membangun personal representasi dari dunia ini, yang unik dan istimewa  untuk individu itu, tetapi konsekwensi yang cocok yang diterima secara sosial. Sehingga kecocokan itu menjadi kendala eksternal yang mana semua individu mengakomodasi (lebih atau kurang), dan khususnya kendala variabel negosiasi dari pengertian dan tujuan dalam hubungan sosial. Dengan demikian, menurut uraian ini, individu membangun pengetahuan subjektif yang dimiliki dan konsep eksternal dan dunia sosial sebaik matematika, sehingga sesuai dengan apa yang diharapkan secara sosial.
            Pengkonstruksian dunia sendiri ini menyatakan secara jelas individu yang telah membuatnya sendiri, baik secara fisik atau sosial. Karena mekanisma yang sama berada disamping konstruksi matematika sebagai representasi lain. Tidak begitu mengherankan bahwa hal ini memiliki ukuran eksisensi independen.  Untuk objek matematika mempunyai objektivitas, dalam hal ini mereka diharapkan mengkonstruksi secara sosial. Pengkonstruksian konsep secara sosial yang lain, telah dikenal mempunyai pengaruh kuat atas kehidupan kita, seperti ’uang’, ’waktu’ (jam), ’kutub utara’, ’khatulistiwa’, ’Inggris’, ’gender’, ’keadilan’, .’kebenaran’. Setiap hal disini tidak diragukan lagi adalah konstruksi sosial.  Namun setiap konsep disini mempunyai  dampak  sebanyak  keberadaan konsep secara konkrit.
             Perhatikan ’uang’. Hal ini merepresentasikan suatu pengorganisasian konsep dalam kehidupan dunia modern  dari dunia besar, dan lebih panjang dari keberadan yang tidak dapat disangkal. Namun jelas adalah simbolbuatan manusia yang konvensional, nilai secara kuantitas, dibandingkan dengan aspek dunia fisik. Mari kita menjelajahi uang lebih lanjut.. Apa yang menjadikan uang itu eksis? Terdapat dua pandangan secara ontologi yang menjadi dasar status. Pertama, penerimaan sosial, yang memberikan objektivitas. Kedua,direpresentasikan dengan tanda, yang berarti tidak mempunyai representasi yang nyata.  
            Sekarang perhatikan analogi dengan objek matematika. Disini terdapat objektivitas, menjadi penerimaan secara sosial.. Sebagai tambahan, konsep primitif matematika, seperti ’persegi’ dan ’7’, mempunyai contoh konkrit  persepsi kita dari dunia fisik. Jadi sejauh ini analoginya adalah baik. Konsep matematika yang didefinisikan tidak sesuai sebaik analogi analogi, untuk itu mereka hanya bisa  mempunya konsep aplikasi tidak langsung, melalui perubahan definisi. Supaya terdapat analogi antara objek-objek abstrak matematika dan aplikasi yang diabstrakkan dari uang (angggaran, peramalan keuangan, dll), ini meregangkan begitu jauh. Apa yang dapat dikatakan adalah analogi antara uang dan objek matematika mendorong beberapa hal yang masuk akal untuk kepercayaan subjektif pada objek matematika terdahulu. Keduanya ialah konstruksi sosial objektif dan memiliki manifestasi konkrit.
            Tentunya matematika mempunyai suatu corak lanjut yang mendukung kepercayaan ini. Ini adalah hubungan yang perlu diantara objek-objek, hubungan logis yang kuat dalam sistem deduktif. Kebutuhan logis melekat pada objek matematika melalui hubungan pendifinisian, hubungan inter dan hubungan dengan pengetahuan matematika. Ini mendorong perlunya objek matematika (suatu  corak yang kekurangan uang).
            Secara singkat, argumennya ini. Jika suatu pengetahuan individu dari dunia nyata, termasukkomponen-komponen konvensionalnya adalah konstruksi mental yang dikontruksi dengan penerimaan sosial, maka kepercayaan dalam konstruksi seperti ini jelas sama kuatnya seperti kepercayaan dalam sesuatu. Pengetahuan subjektif matematika dan penenalan dengan konsepnya  dan objekobjek juga suatu konstruksi mental. Tetapi seperti penentuan konstruksi sosial, mempunyai pemunculan objek eksternal dari penerimaan sosialnya. Objek matematika juga mempunyai (i) contoh konkrit secara langsung (untuk konsep matmatika primitif) atau tidak langsung (untuk konsep matematika yang didefinisikan); dan (ii). Keperluan logika, melalui dasar-dasar logika dan struktur deduktif. Sifat-sifat ini  memberikan kenaikan kepercayaan dalam keberadaan objektif matematika dan objek-objeknya.

            Secara tradisional, pengetahuan dapat dibagi menjadi real dan ideal. Bersama-sama menerima realita dunia eksternal dan pengetahuan seintifik kita (realitas seintifik). Juga bersama-sama eksistensi ideal dari (objektif) matematika dan objek matematika (idealisma atau platonisma) Dikotomi ini  menempatkan objek fisik dan sains dalam suatu realitas (Dunia Propper 1) dan objek matematika dalam lainnya (pengetahuan subjektif dalam dunia 2, pengetahuan objektif dalam dunia 3).  Dengan demikian ini menempatkan objek matematika dan fisik dalam kategori yang berbeda.. Dugaan konstruksivisme sosial adalah kita tidak mempunyai akses langsung untuk dunia 1., dan objek fisik dan sains hanya diterima bila direpresentasikan dengan mengkonstruksi dunia 3 (konsep objektif) atau dalam dunia 2 (konsep subjektif). Selanjutnya pengetahuan fisik dan objek matematika mempunyai status yang sama, bertentangan dengan sifat tradisional. Perbedaan hanya berada dalam kendala fisik alami secara realitas memaksa konsep sains, melalui arti verifikasi diadopsikan untuk dua tipe pengetahuan (sains dan matematika). Dengan cara yang sama, termasuk dasar sosial dalam objektif kedua tipe pengetahuan, uraian untuk kepercayaan subjektif keberadaan objek matematika (hampir) serupa untuk objek fisika secara teoritis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS