Kita bisa menghubungkan teori Perry terhadap posisi dalam
filsafat matematika. Ini adalah filosofi umum matematika, secara eksplisit
dinyatakan dan terbuka bagi debat publik. Di sini kita mempertimbangkan
filsafat pribadi matematika, yang merupakan teori pribadi dan implisit kecuali
dipikir secara mendalam, dinyatakan secara eksplisit dan dipublikasikan.
Perbedaannya adalah bahwa antara pengetahuan objektif dan subjektif, yang
dibuat antara lain oleh Polanyi (1958), yang berpendapat tentang pentingnya
peran komitmen terhadap pengetahuan pribadi, menunjukkan dukungan terhadap
bentuk teori Perry, bukan terhadap detilnya.
Menerapkan teori Perry terhadap filosofi pribadi matematika,
pandangan. matematika dapat dibedakan pada masing-masing dari ketiga tingkat
tersebut. Pandangan dualistik terhadap matematika menganggapnya berhubungan
dengan fakta, aturan, prosedur yang benar dan kebenaran sederhana yang
ditentukan oleh otoritas mutlak. Matematika dipandang sebagai tetap dan pasti,
tetapi memiliki struktur yang unik. Mengerjakan matematika sama dengan
mengikuti aturan.
Hal telah dikenali dalam penelitian empiris terhadap keyakinan
guru (Cooney dan jones, 1988 Ernest, 1989a; Oprea dan Stonewater, 1987; dan
Thompson, 1984). Pandangan tersebut akan disebut dengan pandangan 'absolut
dualistik' dari matematika.
Filsafat pribadi kedua dari matematika yang dapat diidentifikasi
adalah Multiplistik. Pandangan ini juga memandang matematika sebagai
set fakta yang tidak dipertanyakan, aturan dan metode, tetapi tidak memandang
bahwa pilihan dan penggunaannya diantara set-set tersebut ditentukan secara
mutlak oleh otoritas atau sumber lainnya. Jadi ada pluralitas ‘jawaban’, sudut pandang atau evaluasi
berkenaan dengan situasi atau pilihan permasalahan matematis yang serupa, dan
pilihan dapat dibuat sesuai dengan preferensi si pemegang-keyakinan.
Pandangan seperti ini dapat ditujukan untuk Benny, dalam studi
kasus Erlwanger (1973), yang memandang matematika sebagai suatu massa aturan (tidak konsisten), yang
dipilih berdasarkan preferensi atau kegunaan. Skovsmose (1988) menunjukkan
bahwa penggunaan unreflective
matematika dalam pemodelan matematika adalah bersifat pragmatis, dan dapat
berwujud seperti filsafat. Ormell (1975) melaporkan pandangan banyak ilmuwan
dan teknologist yang menyatakan bahwa
matematika merupakan kumpulan alat yang digunakan saat dan bila diperlukan,
masing-masing dianggap sebagai kotak hitam (black box) 'yang kerjanya tidak
diselidiki. Pandangan tersebut merupakan pandangan Multiplistik,
karena mereka mengakui aneka ragam jawaban dan metode dalam
menerapkan matematika, tetapi tidak ada alasan prinsipil atas pilihan rasional.
Pemilihan antara alternatif dibuat sesuai dengan preferensi pribadi, atau atas
dasar pragmatis dan kegunaan. Pandangan ini disebut sebagai '
absolutisme multiplistic '. Sejumlah peneliti telah melaporkan bahwa
sistem kepercayaan terkait- matematika guru-guru dapat digambarkan sebagai Multiplistik
(Cooney, 1988; Oprea dan Stonewater, 1987).
Tingkat Relativisme mencakup versi subjektif dari filosofi
absolutisme publik, sebagaimana telah kita lihat. Dalam terminologi Bab 2, tingkatan tersebut terdiri dari absolutis
formal (misalnya logicisme dan formalisme)
dan absolutis
progresif (misalnya intuisionisme) filsafat matematika.
Filsafat matematika Fallibilist, seperti 'kuasi-empirisme dan sosial
konstruktivisme'-nya Lakatos juga relativistik, karena kebenaran
mereka (corrigibility (yang dapat
diperbaiki) meskipun) dinilai dalam kerangka kerja seperti sistem matematika
informal atau teori aksiomatis. Pengetahuan dalam filsafat fallibilist juga dievaluasi dalam hubungannya dengan
konteks yang lebih luas dari aktivitas manusia dan budaya. Filosofi fallibilist
ini bersifat Relativistik karena mereka mengakui banyaknya pendekatan dan
solusi yang mungkin untuk masalah matematika, namun mengharuskan pengetahuan
matematika dievaluasi dalam kerangka berprinsip.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar